FARMAKOLOGI - OBAT TOPIKAL

Posted by Ngurah Jaya Antara on 5



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan ganggaun dermatologis misalnya gatal-gatal , kulit kering, infeksi dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina, maupun rectum. Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, namun ada baiknya kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya pengobatan.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Apakah definisi obat topical?
1.2.2     Apa saja sediaan obat topical serta indikasi dan kontra-indikasi obat topikal?
1.2.3     Bagaimanakah farmakokinetik obat topical?






1.3  Tujuan
1.3.1   Untuk mengetahui definisi obat topikal.
1.3.2   Untuk mengetahui sediaan obat topical serta indikasi dan kontra-indikasi obat topikal.
1.3.3   Untuk mengetahui farmakokinetik obat topical?



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Obat Topikal
Topikal adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep mata, tetes telinga dan lain-lain. Pemberian obat pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat pada telinga cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik. Pemberian obat pada mata cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

2.2  Sedian Obat Topical
1.      Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba.
§  Indikasi cairan
Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
a)      Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi.
b)      Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema pada erisipelas.  Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus menjadi bersih.

2.      Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfi sial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta.
§  Indikasi bedak
a)      Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.

3.      Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
1)      Dasar salep hidrokarbon. Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak seperti vaselin album (petrolatum), parafi n liquidum. Vaselin album adalah golongan lemak mineral diperoleh dari minyak bumi. titik cair sekitar 10-50°C, mengikat 30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak. Hanya sejumlah kecil komponen air dapat dicampurkan ke dalamnya. Sifat dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mongering dan tidak berubah dalam waktu lama. Salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Dasar salep hidrokarbon terutama digunakan sebagai bahan emolien.
2)       Dasar salep serap. Dasar salep serap dibagi dalam 2 tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafi n hidrofi lik dan lanolin anhidrat [adeps lanae]) dan bentuk emulsi (lanolin dan cold cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan. Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae hydrosue atau lanolin ialah adeps lanae dengan akua 25-27%. Salep ini dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa masih ada walaupun telah dicuci dengan air, sehingga tidak cocok untuk sediaan kosmetik. Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
3)      Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air misalnya salep hidrofi lik. Dasar ini dinyatakan “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini tampilannya menyerupai krim karena fase terluarnya adalah air. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologi.
4)      Dasar salep larut dalam air. Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” terdiri dari komponen cair. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti halnya dasar salep yang dapat dicuci dengan air karena tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafi n, lanolin anhidrat. Contoh dasar salep ini ialah polietilen glikol. Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi salep bergantung pada beberapa faktor, seperti kecepatan pelepasan bahan obat dari dasar salep, absorpsi obat, kemampuan mempertahankan kelembaban kulit oleh dasar salep, waktu obat stabil dalam dasar salep, pengaruh obat terhadap dasar salep. Pada dasarnya tidak ada dasar salep yang ideal. Namun, dengan pertimbangan faktor di atas diharapkan dapat diperoleh bentuk sediaan yang paling baik.

§  Indikasi salep
a.       Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk likenifi kasi, hiperkeratosis.
b.      Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
§  Kontraindikasi salep
Salep tidak dipakai pada radang akut, terutama dermatosis eksudatif karena tidak dapat melekat, juga pada daerah berambut dan lipatan karena menyebabkan perlekatan.

4.      Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air (O/W), misalnya vanishing cream.
Contoh krim W/O:
·         R/ Cerae alba                     5
·         Cetacei                              10
·         Olei olivarum                    60
·         Aquae ad                           100
Contoh krim O/W:
·         R/ Cerae lanett N
·         Olei sesami aa                   15
·         Aquae ad                           100
Dalam praktik, umumnya apotek tidak bersedia membuat krim karena tidak tersedia emulgator dan pembuatannya lebih sulit dari salep. Jadi, jika hendak menulis resep krim dan dibubuhi bahan aktif, dapat dipakai krim yang sudah jadi, misalnya biocream. Krim ini bersifat ambifi lik artinya berkhasiat sebagai W/O atau O/W. Krim dipakai pada kelainan yang kering, superfi sial. Krim memiliki kelebihan dibandingkan salep karena nyaman, dapat dipakai di daerah lipatan dan kulit berambut.
Contoh emulsi O/W:
·         R/ Acid salicyl                  5%
·         Liq carb deterg                  5%
·         Biocream                           20
·         Aqua                                 40
Contoh emulsi W/O16:
·         R/ Acid salicyl                  5%
·         Liq carb deterg                  5%
·         Biocream                           20
·         Ol. Oliv                             20
§  Indikasi krim
Krim dipakai pada lesi kering dan superfi sial, lesi pada rambut, daerah intertriginosa.

5.      Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.
§  Indikasi pasta
Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfi sial.

6.      Bedak kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.
§  Indikasi bedak kocok
Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superfi sial seperti miliaria.
Beberapa contoh komposisi bedak kocok11:
·         R/ Oxidi zincici
·         Talci aa                  20
·         Glycerini               15
·         Aguae ad               100
·         R/ Oxidi zincici
·         Talci aa                  20
·         Gliserini                 15
·         Aquae
·         Spirit dil. Aa ad    100
Keuntungan penambahan spritus dilitus ialah memberikan efek pendingin karena akan menguap, dapat melarutkan bahan aktif yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, misalnya mentholium dan camphora. Kedua zat tersebut bersifat antipruritik. Jika hendak menambahkan bahan padat berupa bubuk hendaknya diperhitungkan sehingga berat bahan padat tetap 40%. Misalnya, jika ditambahkan sulfur precipitatum 20 gram, maka berat oxydum zincicum dan talcum harus dikurangi.
·         R/ Sulfuris precipitatum                20
·         Oxidi zincici
·         Talci aa                                          10
·         Glycerini                                       15
·         Aquae
·         Spiritus dil aa ad                           100

7.      Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase ganda.9 Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan). Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel alumunium hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium hidroksida yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung. Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut. Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki keistimewaan:
b)      Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.
c)      Sangat baik dipakai untuk area berambut.
d)      Disukai secara kosmetika.

8.      Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami seperti tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.

9.      Losion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air. Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.

10.  Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen dasar aerosol adalah wadah, propelen, konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot. Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan betametasone foam.
Keistimewaan foam:
1.      Foam saat diaplikasikan cepat mengalami evaporasi, sehingga zat aktif tersisa cepat berpenetrasi.
2.      Sediaan foam memberikan efek iritasi yang minimal.

2.3  Farmakokinetik Obat Topikal
Farmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan bahan aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik. Mekanisme ini penting dipahami untuk membantu memilih sediaan topikal yang akan digunakan dalam terapi.
Perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan pada kulit tergambar pada Gambar 2.

Secara umum perjalanan sediaan topikal setelah diaplikasikan melewati tiga kompartemen yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.
Unsur vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis, dermis. Pada kondisi tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis. Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan hipodermis.

 
Jalur penetrasi sediaan topical. Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa macam jalur seperti pada Gambar 3.19


Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi 3 interaksi:
1.      Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.
Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan.
2.      Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
3.      Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit (lag phase, rising phase, falling phase).

a.      Penetrasi secara transepidermal
Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan intraseluler. Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus stratum korneum obat akan menembus lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke pembuluh kapiler.
Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat menembus dinding stratum korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi matriks lipid protein startum korneum, kemudian melewatinya menuju sel yang berada di lapisan bawah sampai pada kapiler di bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke kapiler.
b.      Penetrasi secara transfolikular
Analisis penetrasi secara folikular muncul setelah percobaan in vivo. Percobaan tersebut memperlihatkan bahwa molekul kecil seperti kafein dapat berpenetrasi tidak hanya melewati sel-sel korneum, tetapi juga melalui rute folikular. Obat berdifusi melalui celah folikel rambut dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian berdifusi ke kapiler.

*      Absorpsi sediaan topikal secara umum
Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa fase:
a.       Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif obat dalam pembuluh darah.
b.      Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum, kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam pembuluh darah.
c.       Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit dan dapat dibawa ke kapiler dermis.

*      Penyerapan sediaan topikal secara umum dipengaruhi oleh berbagai factor :
1.   Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.
2.   Konsentrasi bahan aktif merupakan factor penting, jumlah obat yang diabsorpsi secara perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu, bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa.
3.   Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah jumlah obat yang diabsorpsi.
4.   Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar ke permukaan kulit.
5.   Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya saat sediaan diaplikasikan.
6.   Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah bahan aktif yang diabsorpsi.
7.   Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit yang lapisan tanduknya tipis.
8.   Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin banyak kemungkinan diabsorpsi. Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan folikel dan kelenjar keringat lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung elemen anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membrane semi permeabel, dan molekul obat berpenetrasi dengan cara difusi pasif.

*      Mekanisme kerja sediaan topical
Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3 jalur di atas (Gambar 3). Beberapa perbedaan mekanisme kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak dan larut dalam air.
1. Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan berperan melunakkan karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang terdapat di atas permukaan kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi. Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtura jauh lebih kuat. Namun sediaan tingtura telah jarang dipakai karena efeknya mengiritasi kulit. Bentuk sediaan yang pernah ada antara lain tingtura iodi dan tingtura spiritosa.
2. Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga memberi efek mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip yang cukup besar. Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa.
3. Salep
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karen Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam.
4. Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan kulit dan mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang disukai secara kosmetik karena komponen minyak yang lama tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W memiliki daya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W.
5. Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah seperti serum.
6. Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak melekat lama di atas permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.
7. Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat sediaan ini lebiha komponen airnya yang besar. mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, namun bentuknya yang lengket menjadikan sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang dipakai.
8. Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan padakondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorpsi.
BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
1.      Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa dan zat aktif.
2.      Idealnya suatu zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak meng-iritasi dan menyenangkan secara kosmetik, selain itu zat aktif dalam pembawa mudah dilepaskan.
3.      Terdapat berbagai bentuk sediaan topikal seperti: cairan, bedak, salep, krim, bedak kocok, pasta, pasta pendingin.
4.      Beberapa sediaan baru obat topikal: foam aerosol, cat, gel.
5.      Secara umum sediaan topikal melewati tiga jalur penetrasi yaitu interseluler, transeluler, transfolikuler.
6.      Mekanisme kerja sediaan topikal berupa difusi pasif menembus lapisan kulit.
7.      Cara pakai sediaan topikal pada umumnya dioleskan pada permukaan kulit, dan dengan penambahan cara lain seperti ditekan, digosok, kompres, dan oklusi.

Share this to

Facebook Google+ Twitter Digg

GET UPDATES

Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email

Tentang Penulis

Ngurah Jaya Antara

BACA JUGA

5 komentar:

  1. Mohon maaf ini referensinya dari mana ya? kebetulan saya ingin mencari meteri ini.. terimakash....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah berkunjung
      Refrensinya bisa dilihat disini :

      DAFTAR PUSTAKA
      Anonim. http://lolooramadhan.blogspot.com/2012/09/pemberian-obat-topikal.html.diaksses 14 Maret 2013 (15.25)
      Anonim.http://arinkuu.blogspot.com/2012/06/pemberian-obat-secara-topikal.html diaksses 14 Maret 2013 (16.10)
      Anonim. http://eraz-secret.blogspot.com/2012/03/pemberian-obat-topikal.html. diaksses 14 Maret 2013 (16.15)

      Hapus
    2. kak maaf untuk yang farmakokinetik dan farmakodinamik obat topikal nya itu referensinya darimana ya?

      Hapus
  2. Untuk obat kutil di kelamin apa ya ? Merk nya apa dan di jual di apotek atau tidak ? Makasi

    BalasHapus
  3. Contoh sediaannya apanya? Khususx pasta

    BalasHapus

TIPS KESEHATAN TERBARU

ARTIKEL KEPERAWATAN

TUTORIAL BLOGGER

VIEWER

MEMBER

© 2011-2014 Ngurah Jaya Antara. All rights reserved. Theme by Bloggertheme9
Blogger templates. Powered by Blogger.
back to top