KDM II - FAKTOR PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO TERJADI PERUBAHAN ELIMINASI URINE
Posted by Ngurah Jaya Antara
on
0
A.
Faktor Penyebab terjadinya Perubahan Eliminasi Urine
1.
Diet dan Asupan
Jumlah
dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output atau jumlah
urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain
itu kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2.
Respons Keinginan Awal untuk
Berkemih
Kebiasaan
mengabaikan keinginan untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di
vesika urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
3.
Gaya Hidup
Perubahan
gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam kaitannya
dengan ketersediaan toilet.
4.
Stres Psikologis
Meningkatnya
stress dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
5.
Tingkat Aktifitas
Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktifitas.
6.
Tingkat Perkembangan
Tingkat
pertumbuhan dan perkembangan dapat mempengaruhi pola berkemih. Hal tersebut
dapat ditemukan pada anak-anak, yang lebih memiliki kecendrungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambah usia,
kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.
7.
Kondisi Penyakit
Kondisi
penyakit tertentu, seperti diabetes mellitus, dapat mempengaruhi produksi
urine.
8.
Sosiokultural
Budaya
dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur
masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9.
Kebiasaan Seseorang
Seseorang
yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urinal dan pot urine bila dalam keadaan sakit.
10.
Tonus Otot
Tonus
otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah kandung
kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
11.
Pembedahan
Efek
pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
12.
Pengobatan
Efek
pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretic dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik dapat menyebabkan retensi urine.
13.
Pemerikasaan Diagnostik
Prosedur
diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemerikasaan saluran kemih seperti
intravenuspyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat mempengaruhi
produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema local pada
uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
B.
Faktor Risiko terjadinya Perubahan Eliminasi Urine
1.
Retensi Urine
Merupakan
penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria. Atau,
retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam
vesika urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut
urine merangsang refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika
urinaria dapat menampung sebanyak 3000-4000 ml urine.
2.
Inkontinensia Urine
Inkontinensia
urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia:
proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran dan penggunaan
obat narkotik atau sedatif. Inkontinensia urine terdiri atas:
a.
Inkontinensia Dorongan
Merupakan
keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi
segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
b.
Inkontinensia Total
Merupakan
keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan
tidak dapat diperkirakan.
c.
Inkontinensia Stres
Merupakan
keadaan sesorang yang mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi
dengan peningkatan tekanan abdomen.
d.
Inkontinensia Refleks
Merupakan
keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan,
terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih
mencapai jumlah tertentu.
e.
Inkontinensia Fungsional
Merupakan
keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara tanpa disadari dan
tidak dapat diperkirakan.
3.
Enuresis
Merupakan
ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu
mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang
jompo, umumnya malam hari.
4.
Ureterotomi
Ureterotomi
adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk
drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi
pada kandung kemih.
Referensi
Anonim.2011.”Kebutuhan Eliminasi
Urin dan Permasalahannya”.(dalam http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/03/28/).diaksses
Tanggal 19 April 2013 Pukul 10:03.
Tagged as: Keperawatan
GET UPDATES
Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email
BACA JUGA

.jpg)
Tentang Penulis
