KONSEP MEKANIKA DALAM PEMINDAHAN DAN TRANSPORTASI PASIEN
Posted by Ngurah Jaya Antara
on
0
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mekanika
adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari gerakan
dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang
disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu
dalam fisika. Tersebutlah nama-nama seperti Archimides (287-212 SM), Galileo
Galilei (1564-1642), dan Issac Newton (1642-1727) yang merupakan peletak dasar
bidang ilmu ini. Galileo adalah peletak dasar analisa dan eksperimen dalam ilmu
dinamika. Sedangkan Newton merangkum gejala-gejala dalam dinamika dalam
hukum-hukum gerak dan gravitasi.
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan
mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan
gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu
mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan
gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet,
dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang terutama
digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk
tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan
emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar,
aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan
mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus
tetap utuh dan berfungsi baik.
BAB
II
ISI
2.1
Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan
penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan
pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh dan
ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3
elemen dasar yaitu :
Ø Body
Aligement (Postur Tubuh)
Ø Susunan
geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
Ø Balance
/ Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat
gravity, line gravity dan base of support.
Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang
terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi
muskuloskeletal dan sistem syaraf.
2.2
Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan
untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan. Perawat menggunakan berbagai
kelumpok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde
keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan
objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh.
Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.
Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan
tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran
tubuh. Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1.
Gravitasi
Merupakan prinsip
pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan benar,
yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga
faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
- Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
- Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.
- Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
2.
Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
3.
Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan
adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
mempengaruhi mekanika tubuh.
4.
Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari
kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat
beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
5.
Gerakan ( ambulating ).
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh.
Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan
kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan
orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar
tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah
pada posisi kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat
dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
6.
Menahan ( squating ).
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu
berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang
jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah
hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan.
Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
7.
Menarik ( pulling ).
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di
antaranya ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang akan
menarik ), posisi kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti condong kedepan dari
panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien,
lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan
pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
8.
Mengangkat ( lifting ).
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan
pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
9.Memutar
( pivoting ).
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga
unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur
tubuh.
2.3 Faktor
Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi
1.
Status kesehatan
Perubahan status
kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain –
lainnya.
2.
Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu
proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh
dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai
contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
3.Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan
mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak
aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan
dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
4.
Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya,
sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh
dan ambulasi.
5.
Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat
menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam
beraktivitas, sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal
dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
6.
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh
akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai
dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami
gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.
2.4 Akibat
Body Mekanik Yang Buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi
pengeluaran energi secara berlebihan.
2.5
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan olahraga
yang menonjolkan kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan
sendi, kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, serta
toleransi aktivitas.
1. Kesejajaran tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien
yang berdiri, duduk, atau berbaring. Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai
berikut:
- Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan.
- Mengdentifikasi penyimpanan kesejajaran tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
- Memberi kesempatan klien untuk mengopservasi posturnya.
- Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan kejajaran tubuh yang benar.
- Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
- Memperoleh informasi mengenai factor-faktor lain yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien dari
sisi lateral, anterior, dan posterior guna mengamati apakah:
-
Bahu dan pinggul sejajar
-
Jari-jari kaki mengarah ke depan
-
Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah
menempatkan klien pada posisi istirahat sehingga tidak tampak dibuat-buat atau
posisi kaku. Jika mengkaji kesejajaran tubuh pasien imobilisasi atau pasien
tidak sadar maka bantal dan alat penopang di angkat dari tempat tidur lalu
klien diletakkan pada posisi telentang.
Berdiri. Perawat
harus memfokuskan pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang berdiri sesuai
hal – hal berikut :
- Kepala tegak dan midline
- Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.
- Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus
Ketika klien dilihat
dari arah lateral, Kepala tegak dan garis tulang belakang digaris dalam pola S
terbaik. Tulang belakang servikal pada arah anterior adalah cembung, tulang
belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung. Ketika dilihat dari arah
lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut pergelangan
kaki agak melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan lutut dan
pergelangan kaki yang fleksi. Lengan klien nyaman di samping. Kaki di tempatkan
sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari – jari kaki
menghadap ke depan. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi
berada di tengah tubuh, dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian
depan sampai titik tengah antara kedua kaki. Bagian lateral garis gravitasi
dimulai secara vertikal dari tengah tengkorak sampai sepertiga kaki bagian posterior.
Duduk. Perawat
mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal – hal
sebagai berikut :
- Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
- Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
- Paha sejajar dan berada pada potongan horisontal.
Kedua kaki di topang di lantai. Pada klien pendek
tinggi, alat bantu kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan
nyaman. Jarak 2 – 4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang
popliteal pada permukaan lutut bagian posterior. Jarak ini menjamin tidak ada
tekanan pada arteri popliteal atau saraf untuk menurunkan sirkulasi atau
mengganggu fungsi saraf. Lengan bawah klien ditopang pada penganan tangan, di
pangkuan, atau di atas meja depan kursi. Hal penting mengkaji kesejajaran dalam
posisi duduk yaitu pada klien yang mempunyai kelemahan otot, paralisis
otot, atau kerusakan saraf. Karena perubahan ini, klien mengalami pengurangan
sensasi di area yang sakit dan tidak mampu menerima tekanan ataupun penurunan
sirkulasi. Kesejajaran yang tepat ketika duduk mengurangi risiko kerusakan
sistem muskuloskeletal pada klien itu.
Berbaring. Pada
orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap
tekanan. Sehingga merekabiasa merasakan posisi nyaman ketika berbaring. Karena
rentang gerak, sensasi dan sirkulasi pada orang sadar berada dalam batas
normal, mereka mengubah posisi ketika mereka merasakan ketengangan otot dan
penurunan sirkulasi. Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan
posisi lateral pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan semua penopangnya
diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus ditopang oleh matras yang adekuat.
Tulang belakang harus berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lengkungan yang
terlihat. Pengkajian ini memberi data dasar mengenai kesejajaran tubuh klien.
Cara
berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara
utama atau gaya saat berjalan ( Fish & Nielsen,1993 ). Siklus berjalan
dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai dan berlanjut dengan tumit
mengangkat tungkai yang sama. Interval ini sama dengan 100% siklus gaya
berjalan dan berlangsung 1 detik untuk kenyamanan berjalan ( Lehman et al, 1992
). Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat
kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa
bantuan. Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas
klien dan risiko cedera akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien
berjalan sejauh kurang lebih 10 kaki di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal
berikut :
- Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
- Tumit menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki
- Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
- Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
- Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke sisi minimal dan tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan santai.
- Kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)
- Penampilan dan pergerakan sendi
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, sagital,
tfrontal, dan tranversal. Mobilisasi sendi tiap potongan dibatasi oleh
ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik
untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakanya adalah fleksi dan
ekstensi ( jari – jari tangan dan siku ) dan hiperekstensi ( pinggul ). Pada
potongan frontal gerakanya adalah abduksi dan adduksi ( lengan dan tungkai )
dan eversi dan inverse ( kaki ). Pada potongan tranversal, gerakanya adalah
pronasi dan supinasi ( tangan ),rotasi internaldan eksternal ( lutut ),dan
dorsifleksi dan plantarfleksi ( kaki ). Ketika mengkaji rentang gerak,perawat
menanyakan pertanyaan yang mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang
kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasn gerak dan ketidakmampuan atau
trauma membutuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi yang
dilakukan oleh perawat yaitu latihan rentang gerak pasif.
Pemeriksaan ini
meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
- Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi
- Adanya deformitas
- Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi
- Adanya nyeri tekan
- Krepitasi
- Peningkatan temperatur di sekitar sendi
- Derajat gerak sendi
- Kemampuan dan keterbatasan gerak
Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang
adanya indikasi rintangan dan keterbatasan pada pergerakan klien dan kebutuhan
untuk memperoleh bantuan. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
- Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak.
- Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang infuys atau gips yang berat)
- Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti petunjuk
- Keseimbangan dan koordinasi klien.
- Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
- Derajat kenyamanan klien
- Penglihatan
- Kekuatan dan masa otot
Sebelum membantu klien mengubah posisi atau berpindah
tempat, perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak.
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat klien
dengan benar, menggunakan teknik posisi tepat, dan memindahkan klien dengan
aman dari tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar.
Prosedur-prosedur tersebut digambarkan dalam bagian ini sebagai prinsip
mekanika tubuh yang diperlukan untuk menjaga atau memperbaiki kesejajaran
tubuh.
A. Teknik Mengangkat.
Angka cedera dalam pekerjaan
meningkat pada tahun-tahun terakhir, dan lebih dari setengahnya adalah cedera
punggung yang langsung akibat teknik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat
(Owen dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah
ketegangan pada kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra lumbal
(Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan
membungkuk kedepan, kebelakang, dan kesamping. Selain itu, kemampuan memutar
pinggul dan punggung bagian bawah menurun. Perawat berisiko mengalami cedera
otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi klien
imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat
klien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara
mengangkat sebagai berikut :
B. Posisi beban.
Beban yang akan diangkat berada sedekat
mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika
perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan
sama (Stams, 1989).
C. Tinggi objek.
Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertikal adalah
sedikit di atas jari tengah seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen
dan Garg, 1991).
D. Posisi tubuh.
Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas
mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu dipakai untuk
sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan tubuh tegak sehingga kelompok
otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang sinkron.
E. Berat maksimum.
Setiap perawat harus mengetahui berat maksimum yang aman
untuk diangkat-aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah
jika beratnya sama dengan atau lebih 35% berat badan orang yang mengangkat.
Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien
imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya perawat mungkin mampu
melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh atau menyebabkan cedera
punggung perawat. Ketika mengangkat, perawat harus mengikuti prosedur yang
dibuat untuk melindungi sistem muskuloskeletal. Mengangkat objek dari tempat
tidur tinggi meningkatkan resikio karena lebih sulit mempertahankan
keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada diatas kepala, orang sering
berdiri berjinjit dengan kakinya bersama sehingga menurunkan dasar topangan,
menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
Teknik mengubah posisi. Klien yang mengalami
gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan meningkatkan kelemahan
serta kekuatan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran
tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Banyak alat
bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh klien yang
baik selama diposisikan.
Mengangkat
Yang Tepat
LANGKAH
|
RASIONAL
|
Kaji berat posisi, tinggi
objek, posisi tubuh, dan berat maksimum.
Angkat objek dengan benar dari
bawah pusat gravitasi:
Dekatkan pada objek yang akan
dipindahkan.
Perbesar dasar dukungan
anda dengan menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka.
Turunkan pusat gravitasi anda
ke objek yang akan diangkat.
Pertahankan kesejajaran yang
tepat pada kepala dan leher dengan veterbrae, jaga tubuh tetap tegak.
Angkat objek dengan benar dari
atas pusat gravitasi tempat tidur:
Gunakan alat melangkah yang
aman dan stabil, jangan berdiri diatas tangga teratas.
Berdiri sedekat mungkin ke
tempat tidur.
Pindahkan berat objek dari
tempat tidur dengan cepat pada lengan dan diatas dasar dukungan.
|
Menentukan apakah anda dapat
melakukanya sendiri atau membutuhkan bantuan.
Memindahkan pusat gravitasi
lebih dekat ke objek.
Mempertahankan keseimbangan
tubuh lebih baik, sehingga mengurangi risiko jatuh.
Meningkatkan keseimbangan tubuh
dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan cara yang sinkron.
Mengurangi risiko cedera
vetebra lumbal dan kelompok otot.
Mencapai pusat gravitasi lebih
dekat ke objek.
Meningkatkan keseimbangan tubuh
selama mengangkat.
Mengurangi bahaya jatuh dengan
memindahkan objek yang diangkat dekat dengan pusat gravitasi diatas dasar
dukungan.
|
Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas
perawatan yang diberikan. Padahal ketika klien di rumah, persediaan terbatas.
Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus menentukan apakah ukuranya
tepat. Bantal tebal di bawah kepala klien meningkatkan fleksi servikal. Bantal
tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi kulit dan
jaringan dari kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat
dipakai atau jika ukuranya tidak tepat, perawat dapat melipat seprai, selimut,
atau handuk sebagai ganti bantal. Papan kaki (footboard) diletakkan
tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah kaki
klien.Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan
kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkanya di atas tempat tidur,
perawat perlu menentukan apakah penempatanya benar, dengan kaki klien berada di
papan dengan pas. Posey footguard dengan merupakan alat bantu
yang menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki klien
dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan tekhnik high-top
tennis shoes. Trochanter roll mencegah rotasi luar pada tungkai ketika
klien berada posisi supine. Untuk membentuk trochanter roll,selimut
mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan melebar dari trochanter
femur terbesar sampai batas bawah ruang popliteal. Selimut diletakkan di bawah
bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jalan jarum jam sampai paha
berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tercapai,
maka patella langsung menghadap ke atas. Bantal pasir (sandbags) adalah
tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk tubuh.
Sanbag dapat digunakan di tempatnya atau sebagai tambahan untuk Trochanter
roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstremitas atau mempertahankan kesejajaran
tubuh.
Gulungan tangan (hand rolls) mempertahankan ibu jari
sedikit aduksi dan berada berlawanan dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan
tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam posisi fungsional. Perawat mengevaluasi
hand roll untuk meyakinkan bahwa tangan benar-benar berada dalam posisi
fungsional. Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk
individual bagi klien untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat
(sedikit adduksi) dan pergelangan tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini
hanya digunakan oleh klien dimana pembebat tersebut dibuat untuknya. Trapeze
bar adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas
kepala yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan klien menarik dengan
ekstremitas atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu
memindahkan dari tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan lengan
atas. Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk imibilisasi, terutama
pada klien binging atau disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan
adalah jaket posey. Ketika memakaikan jaket pada klien, perawat menyusun satu
sisi diatas sisi lain menyilang di punggung klien. Tali diletakkan dibawah
ikatan jaket dan diikat ke pinggir tempat tridur, kursi, atau kursi roda. Restrain
jangan pernah diikat ke sisi bergerak karena klien dapat cedera jika sisi
bergerak lebih rendah dari tempat restrain. Pagar tempat tidur, pegangan
diletakan sepanjang ssisi tempat tidur , memungkinkan klien aman dan juga
berguna meningkatkan metabolisme. Selain itu, memungkinkan klien lemah untuk
berputar dari sisi ke sisi atau di atas tempat tidur. Papan tempat tidur adalah
papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini berguna
untuk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggungng, khususnya matras lunak.
Meskipun setiap prosedur mempunyai petunjuk khusus, ada beberapa langkah umum
yang harus perawat ikuti untuyk klien yang memerlukan bantuan dalam mengubah
posisi. Petunjuk berikut ini mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal
ketika klien duduk atau berbaring. Persendian yang tidak disokong akan
mengganggu kesejajaran. Demikian juga, jika persendian berada pada posisi tidak
sedikit fleksi, maka mobilisasi menurun. Selama mengatur posisi perawat juga
mengkaji titik-titik tekan. Apabila terdapat area tekanan yang aktual atau
potensial, maka intervensi keperawatan meliputi penghilangan tekanan yang
menurunkan resiko dikubitus dan trauma sistem muskuloskeletal lebih jauh.
Posisi
Penyokong Fowler. Pada posisi penyokong fowler,
bagian kepala tempat tidur ditinggikan 450 -600 dan
lutut kilen sedikit ditinggikan tanpa tekanan untuk membatasi sirkulasi dibawah
tungkai. Sudut ketinggian kepala dan lutut serta lamanya klien paxda posisi
Fowler dipengaruhi oleh penyakit dan kondisi klien secara keseluruhan.
Penyokong harus menjadi pinggs menjadi pinggul maupun lutut fleksi, dan
tepatnya kesejajaran garis vertebra servikal, torakal, dan lumbal yang normal.
Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
- Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke depan.
- Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
- Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
- Rotasi luar pada pinggul.
- Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.
- Kaki yang tidak tersokong.
- Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.
Posisi terlentang. Posisi
terlentang dengan klien menyandarkan punggungnya disebut posisi dorsal
rekumben. Pada posisi terlentang hubunganya dengan antar-bagian tubuh pada
dasarnya sama dengan kesejajajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada p-ada
potongan horisontal. Bantal trochanter roll dan gulungan tanagn atau pembebat
lengan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem
kulit maupun meukuloskeletal. Mataras harus cukup kuat untuk menyokong vertebra
ser roll dan gulungan tanagn atau pembebat lengan digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan dan mengurangi cedera sisitem kulit maupun meukuloskeletal. Mataras
harus cukup kuat untuk menyokong vertebra servikal, torakal dan lumbal. Bahu
yang disokong dan siku sedikit fleksi mengontrol posisi bahu. Penyokong kaki
digunakan untuk mencegah footdrop dan mempertahankan kesejajaran tepat. Berikut
ini bebrapa masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
·
Bantal
di kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
·
Kepala
datar pada matras.
·
Bahu
tidak disokong dan berotasi dalam.
·
Siku
melebar.
·
Ibu
jari tidak berlawanan dengan jari-jari lain.
·
Pinggul
berotasi luar.
·
Tidak
tersokongnya pinggul.
·
Titik
penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak
terlindungi.
Posisi
Telungkup.
Klien berada pada posisi telungkup adalah berbaring dengan wajah menghadap
kebawah. Bantal kepala harus cukup tipis mencegah fleksi maupun ekstensi
servikal dan mempertahankan kesejajaran servikal lumbal. Penempatan bantal
dibawah tungkai bawah memungkinkan pergelangan kaki menjadi dorsifleksi di atas
ujung matras. Perawat harus menkaji dan memperbaiki potensial masalh yang
terjadi, berikut ini:
- Hiperekstensi leher.
- hiperekstensi spinal lumbal.
- Plantar fleksi pergelangan kaki.
- Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
Posisi
Miring. Pada posisi
miring ( lateral) klien bersandar disamping, dengan sebagian besar berat tubuh
berada pada pinggul dan bahu. Kesejajran tubuh harus sama ketika berdiri.
Contohnya, struktur tulang belakang harus dipertahankan, kepala harus disokong
pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari. Berikut
ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring :
- Flesi lateral pada leher.
- Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal.
- Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
- Kurangnya sokongan kaki.
- Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi.
Posisi
Sims. Posisi sims
berbeda dengan posisi mirirng pada distribusi berat badan klien. Pada posisi
Sims berat badab berada pada tulang ilium anterior, humerus dan klavikula.
Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut :
- Fleksi lateral pada leher.
- Rotasi dalam, adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul.
- Kurang sokongan di kaki.
- Kurang perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan pergelangan kaki.
Teknik
Mmindahkan. Perawat
harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah psisis,
dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke
kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk
menggerakan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi
perawat dari cedera muskuloskeletal. Meskipun perawat menggunakan bebagai
teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat
memindahkan pada setiap prossedur memindahkan :
- Naikan sisi bergerak ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah jatuh dari tempat tidur.
- Tinggikan tempat tidur pada ketingian yang nyaman.
- Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat memindahkan.
- Tentukan kebutuhan akan bantuan.
- Jelaskan kaji kesejajajran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Perawat yang melakukan teknik memindahkan atau
menggerakan untuk pertama kalinya harus meminta pertolongan untuk mengurangi
resiko cedera pada klien dan perawat. Perawat juga harus mengetahui kekuatan
dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan klien imobilisasi sendirian merupakan
hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan
Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang
bervariasi untuk mengankat dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau
duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehatmembutuhkan sedikit
bantuan untuk duduk pertam kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan,
sedangkan lakitua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk
melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendik tomi. Untuk menentukan apakah
klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang dibutuhkan untuk
membantu mengankat klien diatas tempat tidur, perawat mengkaji klien untuk
menentukan apakah penyakit klien . Ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga
(seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian, perawat menentukan apakah klien
memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang baru saja mendapatkan
pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi,
sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan
klien diatas tempat tidur. Perawat kemudian menentukan tingkat kenyamanan
klien. Perawat juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur.
Pada akhirnya perawat menentukan apakah klien terlalu berat atau tidak bisa
bergerak sehungga perawat menyelesaikan prosedur sendirian. Pada kasus yang
meragukan, perawat harus selalu meminta bantuan orang lain.
Memindahakan
Klien dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan
klien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan klien dan
tidak dilakukan Pada klien yang tidak dapat membantu. Perawat menejlaskan
prosedur pada klien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan
memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi
memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien
dengan cepat. Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Perawat yang
ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus
meminta bantuan. Klien harus duduk dan menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur
untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat menurunkan punggungnya
ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan. Ketika memindahkan klien
imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika
tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak mungkin
dari klein.
Memindahkan Klien dari
Tempat Tidur ke Brankar. Klien
imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat
tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Tekinik ini
bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika
pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain
memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan
dibawah klien. Kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien
dipindahkan ke brankar. Pada tekinik ini, perawat perlu berada di sisi
berlawanan dari tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan
dengang cepat dan mudah dengan menggunkan kain perangkat. Klien harus
dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan
alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar
harus ditempatkan seudut kanan tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar
ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat. Pada semua prosedur,
keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga orang
pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.
2. Mobilisasi Sendi
Untuk menjamin keadekuatan mobilitas sendi maka perawat
dapat mengajarkan klien latihan ROM. Apabila klien tidak mempunyai kontrol
motorik volunter maka perawat melakukan latihan gerak rentang gerak pasif.
Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan. Kadang kadang klien
membutuhkan alat bantu seperti kruk untuk membantu berjalan. Latihan rentang
gerak. Klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak mandiri. Keterbatasan ini
dapat diidentifikasi pada klien yang salah satu ekstremitas mempunyai
keterbatasan gerakan atau klien mengalami gangguan mobilisasi aktual atau
potensil maka perawat menyusun intervensi yang langsung mempertahankan
mobilisasi sendi maksimum. Salah satu intervensi keperawatan adalah latihan
rentang gerak. Untuk menjamin klien mendapatka latihan yang rutin,
perawat membuat jadwal pada waktu tertentu, mungkin bersamaan aktivitas
keperawatan lain, seperti saat memandikan klien. Hal ini memungkinkan perawat
mengkaji secara sistematik dan meningkatkan rentang gerak klien. Selain iti,
memandikan atau mandi di tempat tidur selalu membutuhkan pemberian
rentang gerak penuh pada ekstremitas dan sendinya. Latihan rentang gerak
dapat aktif ( klien mengerakan semua sendinya degan rentang gerak tanpa
bantuan)pasif ( klien tidak dapat mengerakan secara mandiri sehimgga dibantu
oleh erawat) atau berada diantaranya. Contoh pada klien lemah perawat hanya
memberi sokokngan semantara klien melakukan sebagian besar gerakan, atau klien
mampu mengerakan aktiif beberapa sendi sementara perawat mengerakan yang lain
secara pasif. Ertama kali perawat mengkaji kemampuan klien melakukan latihan
rentang gerak aktif dan kebutuhan bantuan perawat. Pada umumnya latihan harus
aktif pada kesehatan dan mobilisasi yang memungkinkan. Kontraktur dapat terjadi
pada sendi yang tidak digerakan secara periodik dan rentang gerak penuh. Kecuali
kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstermitas
klien dengan rentang gerak penuh. Latihan gerak pasif harus dimulai segerah
pada kemampuan klien mengerakan ekstremitas atau sendi menghilang. Pergerakan
dilakukan secara perlahan dan lembut sehingga tidak menimbutkan nyeri. Perawat
jangan memaksakan sendi melebihi kemampuan ya. Setiap gerakan harus di ulang 5
kali setiap bagian.
Ketika melakukan latihan rentang gerak pasiv,perawat
berdiri disamping tempat tidur yang terdekat dengan sendi yang dilatih. Jika
ekstremitas digerakkan atau diangkat,perawat menempatkan tangan dengan posisi
seperti mangkok dibawah sendi untuk menyokongnya,menyokong sendi dengan
memegang bagian distal dan proksimal yang berdekatan,atau menyokong sendi
dengan satu tangan dan mengayun bagian distal ekstremitas dengan lengan
lainnya. Berikut ini menggambarkan gerakan yang khusus untuk sendi utama tubuh.
Leher. Rentang
gerak untuk leher dimungkinkan oleh fleksibilitas vertebra servikal dan
perputaran hubungn antara kepala dan leher. Kecuali kontra indikasi karena
bedah spinal,trauma medula spinalis,atau trauma saraf pusat lain,latihan gerak
rentangharus dilakukan oleh klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi leher.
Ketika terjadi kontraktur fleksi dileher,maka klien leher menjadi fleksi
permanen dengan dagu berada dekat atau terlihat menyentuh dada. Sehingga
kesejajaran tubuh berubah,lapang pandang berubah,dan tingkat fungsi kemandirian
terganggu.
Bahu. Satu
keistimewaan bahu disbanding sendi lain dalam tubuh adalah otot terkuat untuk
mengontrol,deltoid,berada dalam pemajangan penuh pada posisi normal. Tidak ada
otot lain yang menggunakan kekuatan penuh ketika berada dalam pemajangn penuh.
Sehingga melatih bahusecara efektif meningkatkan kekuatan deltoid dan rentang
gerak. Untuk menyempurnakan hal ini maka pertama kali bahu di abduksi. Tujuan
tindakan pada bahu adalah rentang gerak penuh. Gerakan bahu meliputi
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduksi,adduksi,rotasi dalam maupun luar,dan
sirkumduksi. Rentang gerak penuh harus dipertahan kana tau dicapai untuk
menghindari nyeri. Ketika merawat klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi
bahu,perawat harus menyusun intervensi untuk menempatkan dan menyokong bahu
dalam posisi adduksi. Hal ini dapat dicapai dengan menggendong tangan jika
klien berdiri atau duduk atau member bantal ketika klien berada ditempat tidur.
Memposisikan bahu dengan benar mencegah nyeri,dislokasi sendi,dan perubahan
kesejajaran tubuh lebih lanjut.
Siku. Fungsi
optimal siku berada disudut 900 . siku yang tetap berada pada
posisi yang ekstensi penuh membuat ketidakmampuan dan membatasi kemandirian
klien.
Lengan
bawah. Sebagian besar fungsi tangan dilakukan oleh
lengan bawah dalam posisi setengah pronasi. Ketika lengan bawah tetap berada
posisi supinasi penuh maka penggunaan tangan klien terbatas. Untuk fungsi
optimal maka lengan bawah harus mampu berputar drai supinasi ke pronasi.
Pergelangan
Tangan. Fungsi utama pergelangn tangan adalah
memposisikan tangan sedikit dorsifleksi yaitu posisi yang berfungsi. Oleh
karena itu rentang gerak penuh tidak sebesar prioritas seperti mempertahan kan
pergelangan tangan pada posisi fungsional. Ketika pergelangan tangan tetap
berada posisi sedikit fleksi maka genggaman melemah. Pada klien
imobilisasi,posisi funsional pergelanagan tangan dapat di capai dengan
menggunakan gulungan tangan dan pembebat.
Jari
tangan dan ibu jari. Rentang gerak pada jari tanagan dan ibu
jari memampukan klien melakukan aktivitas sehari hari dan aktivitas yang
membutuhkan keterampilan motorik halus seperti pekerjaan tukang kayu, menjahit,
menggambar, dan melukis. Po0sisi fungsional jari tanagan dan iu jari adalah ibu
jari sedikit fleksi berlawana dengan jari tanagan. Pada klien yang mengalami
keterbatasan mobilisasi, gulungan tangan membantu memprtahankan posisi itu.
Pinggul.
Karena ekstremitas bawah penting sebagai daya penggerak dan pembawa berat
badan, sehingga stabilitas sendi pinggul lebih penting daripada mobilisasinya.
Sebagai contoh, apabila salah satu pinggul tidak bergerak tetapi tetap berada
posisi netral dan ekstensi penuh, hal ini memungkinkan berjalan tanpa pincang
yang bermakna. Bagaimanapun, kontraktur sering menetap pada pinggul dalam
posisi defernitas. Abduksi yang berlebihan membuat kaki sakit tanpak terlalu
panjang, sedangkan adduksi yang berlebihan membuat kaki sakit tampak terlalu
pendek. Pada kasus lain, klien memiliki daya penggerak yang terbatas dan
berjala dengan pincang. Kontraktur fleksi menyebabakan lordosis keyika orang
tersebut berdiri. Kontraktur rotasi dalam dan luar menyebabkan gaya berjalan
yang tidak normal dan tidak seimbang.
Lutut. Fungsi
utama lutut adalah stabilitas, yang di capai oleh rentang gerak, ligament, dan
otot. Bagaimanapun, lutut tidak bertahan stabil dalam kondosi menyangga berat
badan kecuali ada kekuatan quadrisep yang adekat untuk mempertahankan lutut
ekstensi penuh. Latihan rentang gerak harus termasuk menahan lutut ke dalam
ekstensi penuh.Sendi lutut yang tidak bergerak menyebabkan ketidakmampuan yang
serius. Derajat ketidak mampuan tergantung posisi dimana lutut menjadi kaku.
Jika lutut tetap berada ekstensi penuh maka orang harus duduk dengan tungkai
lurus ke depan. Ketika utut fleksi maka orang itu akan pincang jika berjalan.
Semakin besar fleksinya maka semakin besar kepincangan. Kontraktur fleksi penuh
mencegah seseorang berjalan tanpa walker atau kruk.
Pergelangan
kaki dan kaki. Selama berjalan pergerakan sendi
pergelangan kaki minimal. Bagaimanapun sendi harus stabil dan dapat menahan
berat badan, jika tidak seseorang akan jatuh. Jika mobilisasi sendi terbatas,
perawat harus mempertahankan sendi dalam posisi yang diamana berjalan dapat di
lakukan dengan gerakan memutar ke depan tumit ke kaki bawah. Ketika seseorang
rileks seperti ketika tidur atau koma maka kaki dalam keadaan rileks dan berada
pada posisi lantarfleksi. Hal ini adalah hasil rileksasi otot gatroknemius dan
soleus, yang mempertahankan dorsifleksi jika kaki tetap berada pada posisi
plantarfleksi tanpa sokongan maka kedua otot yaitu gastronemius dan soleus ini
akan memendek dan otot dorsifleksi akan mencoba mengkompensasi dengan reganagan
yang berlebihan. Akibatanya kakai tetap dalam posisi plantarfleksi (footdrop),
yang mengganggu kemampuan berjalan. Inversi dan eversi juga harus di hindari
untukmemeungkinkan kaki menpak di atas lantai. kaki harus datar sehingga
memungkinkan menahan berat badan dan berjalan dengan benar.
Jari
kaki . fleksi berlebihan di jari kaki menyebabkan kaki
berada pada posisi menckar. Jika inim menjadi deformitas permanen mka kaki
tidak mampu menampak datar diatas lantai dank lien tidak mampu berjalan dengan
tepat. Kontraktur fleksi adalah defernitas paling umum yang terjadi di kaitkan
penururnan mobilitas sendi. Rentang gerak adekuat member mobilisasi penting
untuk melsakukan aktifitas sehari hari, latihan, dan berhubungan aktifitas
relaksasi. Selain itu, rentang gerak adekuat pada ektremitas bawah akan
memudahkan klien berjalan.
3. Berjalan
Postur jalan normal adalah kepala tegak, vertebra
servikal, thorakal, lumbal sejajar, pinggul dan lutut berada dalam keadaan
fleksi yang sesuai, dan lengan bebas mengayun bersama dengan kaki. Penyakit
atau trauma dapat mengurangi toleransi aktivitas, sehingga memerlukan bantuan
dalam berjalan. Selain itu, kerusakan temporer dan permanen pada sistem
muskuloskeletal dan saraf memerlukan penggunaan alat bantu untuk berjalan.
Membantu klien berjalan. separti
prosedur lain,membantu klien untuk berjalan membutuhkan persiapan. Perawat
mengkaji toleransi aktivitas, kekuatan , nyeri, koordinasi, dan keseimbangan
klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan. Perawat menjelaskan
seberapa jauh klien mencoba berjalan, siapa yang akan membantu, kapan dilakukan
kegiatan berjalan, dan mengapa berjalan itu penting. Selain itu perawat dank
lien menentukan berapa banyak kemandirian klen dapat berikan.
Perawat juga memeriksa
lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan dijalan klien. Kursi,
penutup meja tempat tidur, kursi rida disingkirkan dari jalan sehingga klien
memiliki ruangan yang luas untuk berjalan. Sebelum memulai, menentukan tempat
berisitirahat pada kasus dengan perkiraan kurang toleransi aktivitas atau
klien menjadi pusing. Misalnya, jika diperlukan kursi dapat di tempatkan
diruangan yang dapat digunakan klien beristirahat. Untuk mencegah hipotensi
ortostatik, klien harus di bantu untuk duduk di sisi tempat tidur dan harus
beristirahat selama 1 sampai 2 menit sebelum berdiri. Demikian juga pada saat
klien setelah berdiri, klien harus tetap berdiri 1 sampai2 menitr sebelum
bergerak. Keseimbangan klien harus stabil sebelum berjalan. Sehingga
perawat dapat dengan segera membawa klien yang pusing kembali ke tempat tidur.
Periode imobelitas yang lama memperbesar resiko hipotensi ketika klien berdiri.
Perawat harus memberikan sokongan pada pinggang sehingga pusat gravitasi klien
tetap berada di garis tengah.hal ini dapat dicapai ketika perawat menempatkan
kedua tangannya pada pinggang klien atau menggunakan ikat pinggang
berjalan(walking belt). walking belt adalah ikat pinggang kulit yang
melingkari pinggang klien dan memiliki pemegang yang dibuat bagi perawat untuk
dipegang.selama berjalan,klien seharusnya tidak bersandar di satu sisi karena
hal ini mengganggu pusat gravitasi,mengubah keseimbangan dan meningkatkan
risiko jatuh.
Klien yang terlihat tidak siap atau mengeluh pusing harus
dikembalikan ke tempat tidur atau kursi terdekat.jika klien pingsan atau mulai
jatuh,perawat harus memberikan sokongan dengan dasar lebar yaitu satu kaki
berada di depan yang lain,sehingga menyangga berat badan klien.kemudian perawat
harus menurunkan klien secara perlahan-lahan ke lantai,melindungi kepala
klien.meskipun menurunkan klien ke lantai tidaklah sulit,mahasiswa harus
mempraktekkan teknik tersebut dengan kawan atau dengan teman kelas sebelum
mencoba pada situasi klinik. Klien hemiplegia(paralisis pada satu sisi)atau
hemiparesis(kelemahan pada satu sisi)sering memerlukan bantuan berjalan.perawat
selalu berdiri di samping bagian tubuh klien yang sakit dan menyokong klien
dengan satu lengan memeluk pinggang klien dan lengan lain mengelilingi lengan
bagian inferior klien sehingga tangan perawat berada di bawah aksila
klien.memberikan sokongan dengan memegang lengan klien adalah salah,karena
perawat tidak mudah menyokong berat untuk menurunkan klien ke lantai jika klien
pingsan atau jatuh.selain itu,jika perawat memegang lengan klien yang jatuh
dapat menyebabkan dislokasi sendi bahu.
Perawat yang tidak kuat dan tidak mampu memindahkan klien
sendirian harus membutuhkan bantuan.metode dua perawat membantu untuk
mendistribusikan berat klien secara rata.dua perawat berdiri di setiap sisi
klien.setiap lengan terdekat perawat memeluk pinggang klien,dan lengan lain
mengelilingi lengan bagian inferior sehingga kedua tangan perawat menyokong
aksila klien. Metode yang kedua membutuhkan perawat dank lien yang mempunyai
kesamaan tinggi.perawat berdiri di setiap sisi klien dengan lengan terdekatnya
menyelip di bawah lengan klien ke arah punggung.perawat kemudian menggenggam
lengan klien lain.lengan klien diletakkan di atas bahu perawat,dan perawat menstabilkan
tangan klien yang lain dengan tangannya yang bebas.teknik ini efektif untuk
klien yang lemah atau klien yang berat.
Menggunakan Alat Bantu
Berjalan.walker adalah suatu alat yang sangat ringan,mudah dipindahkan,setinggi
pinggang,terbuat dari pipa logam.walker mempunyai empat penyangga dan kaki yang
kokoh.klien memegang pemegang tangan pada batang di bagian
atas,melangkah,memindahkan walker lebih lanjut,dan melangkah lagi.
Tongkat adalah alat yang ringan,mudah
dipindahkan,setinggi pinggang,terbuat dari kayu atau logam.dua tipe tongkat
umum adalah tongkat berkaki panjang lurus dan tongkat kaki bersegi
empat.tongkat berkaki lurus lebih umum dan digunakan untuk sokongan dan
keseimbangan klien yang kekuatan kakinya menurun.tongkat ini harus di pakai di
sisi tubuh yang terkuat.untuk sokongan maksimum ketika berjalan,klien
menempatkan tongkat berada depan 15-25 cm,menjaga berat badan pada kedua kaki
klien.kaki yang terlemah bergerak maju dengan tongkat sehingga berat badan
dibagi antara tongkat dan kaki yang terkuat.kaki yang terkuat maju setelah
tongkat sehingga kaki yang terlemah dan berat badan disokong oleh tongkat dan
kaki terlemah.untuk berjalan,klien mengulangi tahap ini secara terus
menerus.klien diajarkan bahwa kedua titik penopang tersebut,seperti dua kaki
atau satu kaki dan tongkat,akan muncul di setiap waktu. Tongkat empat kaki
memberi sokongan yang terbesar dan digunakan pada kaki yang mengalami sebagian
atau Keseluruhan paralisis ataupun hemiplegia. Tiga tahap yang sama digunakan
oleh tongkat berkaki lurus diajarkan pada klien. Kruk sering digunakan untuk
meningkatkan mobilisasi. Penggunaannya dapat temporer, seperti pada setelah
kerusakan ligamen di lutut. Kruk dapat digunakan permanen (mis. Klien paralisis
ekstremitas bawah). Kruk terbuat dari kayu atau logam. Ada dua tipe kruk,
kruk lofstrand dengan pengatur ganda atau kruk lengan bawah
dan kruk aksila terbuat dari kayu. Kruk lengan bawah memiliki sebuah pegangan
tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Kedua-duanya yaitu
pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan tinggi klien. Kruk
aksila mempunyai garis permukaan yang seperti bantalan pada bagian atas, dimana
bereda tepat dibawah aksila. Pegangan tangan berbentuk batang yang dipegang
setinggi telapak tangan untuk menyokong tubuh. Kruk harus diukur panjang yang
sesuai, dan klien harus diajarkan menggunakan kruk mereka dengan aman, mencapai
kestabilan gaya berjalan, naik dan turun tangga dan bangkit dari duduk.
Mengukur
kruk.
Kruk aksila lebih umum digunakan. Ketika mempersiapkan klien menggunakan kruk,
perawat juga harus mengajarkan penggunaan kruk yang aman dan mengukur kruk
klien dengan benar. Pengukuran kruk meliputi tiga area: tinggi klien, jarak
antara bantalan kruk dan aksila dan sudut fleksi siku.pengukuran dilakukan
dengan satu dari dua metode berikut, dengan klien berada pada posisi supinase
atau berdiri. Pada posisi telentang-ujung kruk berada 15 cm di samping tumit
klien. Tempatkan ujung pita pengukur dengan lebar tiga sampai empat jari (4-5 cm)
dari aksila dan ukur sampai tumit klien. Berdiri-posisi kruk dengan ujung kruk
berada 14-15 cm di samping dan 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan metoda
lain, siku harus difleksikan 15 sampai 30 derajat. Fleksi siku diperiksa dengan
menggunakan goniometer. Lebar bantalan kruk harus 3-4 lebar jari (4-5 cm)
dibawah aksila.
Mengajarkan gaya berjalan dengan kruk. Gaya berjalan
dengan kruk dimaksudkan menopang berat pada satu atau kedua kaki dan pada
kruk secara bergantian. Perawat pada pemeriksaan bergantian. Gaya berjalan yang
digunakan klien telah ditentukan oleh pengkajian perawat pada pemeriksaan
fisik, kemampuan fungsional, dan penyakit atau cedera. Cara berdiri cara kruk
adalah posisi tripod, dengan cara menemppatkan kruk 15 cm di depan dan 15 cm di
samping setiap kaki klien. Posisi ini memberikan keseimbangan dengan dasar
sokongan lebih luas. Kesejajaran tubuh pada posisi untuk tripod meliputi kepala
dan leher tegak, vertebrata lurus,pinggul lutut dan lutut fleks. Berat badan
tidak boleh ditahan aksila. Posisi tripod sebelum kru berjalan. Empat titik
bergantian atau gaya berjalan empat titik memberikan kestabilan tetapi
memerlukan penopang berat badan dikedua kaki. Tiga titik penopang selalu berada
di lantai. Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan klien yang
berlawanan (mis. Kruk Dengan kedua kruk di satu tangan klien menyokong berat
badannya di kaki yang tidak sakit dan kruk. Selama masih memegang kruk klien
memegang lengan kursi dengan menahan tangannya dan menurunkan tubuh. Untuk berdiri,
maka prosedur dibalik dan klien ketika telah lurus harus berada pada posisi
tripod sebelum berjalan.
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah mekanika tubuh dan ambulasi adalah unyuk menilai kemampuan
pasien dalam menggunakan mekanika tubuh dengan baik, menggunakan alat bantu
gerak, cara menggapai benda, naik atau turun, dan berjalan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah
koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara
menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga,
terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktivitas.
Prinsip yang digunakan
dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
·
Gravitasi
·
Keseimbangan
·
Berat
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari
kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat
beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
·
Gerakan
( ambulating ).
·
Menahan
( squating ).
·
Menarik
( pulling ).
·
Mengangkat
( lifting ).
·
Memutar
( pivoting ).
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi diantaranya adalah
·
Status
kesehatan
·
Nutrisi
·
Emosi
·
Situasi
dan Kebiasaan
·
Gaya
Hidup
·
Pengetahuan
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi
pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah Terjadi ketegangan sehingga
memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal. Resiko
terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam
struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
3.2 Saran
Demikian makalah yang
telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan
khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Potter and Perry Volume
2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab 37).Jakarta:EGC
Tagged as: Keperawatan, PAPER
GET UPDATES
Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email
BACA JUGA