KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN “Komunikasi Terapeutik Pada Anak”
Posted by Ngurah Jaya Antara
on
0
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi
pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi yang
melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam
proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan
lambang- lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau
penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna
yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada
anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan yang
terjadi pada usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan
oleh karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan
perkembangannya. Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses
tersebut mereka
dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui
oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat
bersosialisasi dengan lingkungannya .
Pada
anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan , sering komunikasi
menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi.
Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat
yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi
sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat
membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat
mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan
itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan askep
pada anak, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan
perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis
dapat merumuskan masalah sebgai berikut :
1.
Apakah pengertian komunikasi terapeutik pada anak?
2.
Apakah tujuan komunikasi terapeutik pada anak?
3.
Apakah prinsip dasar komunikasi
terapeutik pada anak?
4.
Bagaimanakah teknik komunikasi
terapeutik pada anak?
5.
Bagaimanakah karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya
hubungan terapeutik pada anak?
6.
Bagaimanakah teknik yang kurang tepat
dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1.
Siswa
dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.
2.
Siswa
dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.
3.
Siswa
dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.
4.
Siswa
dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.
5.
Siswa
dapat mengetahui karakteristik Helper yang memfasilitasi tumbuhnya
hubungan terapeutik pada anak.
6. Siswa dapat mengetahui dan menghindari teknik
yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
pada Anak
Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang dilakukan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi
yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar
, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.
Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang,
antara lain :
1.
Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi
pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan
bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi
pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang
menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan
suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada
usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya,
kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke
enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi
dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata
awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar
yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan
kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain
melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada
bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan
seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain
2.
Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini
dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah
mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300
kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3
tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang
digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia
tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa
dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini
anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang
dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya,
memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur
jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi
langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita
selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara
untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam
menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3. Usia
Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan
komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak,
menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah
muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir
tentang kehidupan.
Komunikasi
yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan
tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang
spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau
sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional
dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi
dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan
jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
4. Usia
Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan
komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau
berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan
yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa
ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi
yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada
teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan
jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak
dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
pada Anak
Adapun tujuan yang
diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah :
1)
Membantu anak untuk
memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
2)
Mengurangi keraguan , membantu
dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya.
3)
Mempengaruhi orang lain
, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2.3 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
pada Anak
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, seperti :
1)
Perawat harus mengenal
dirinya sendiri yang berarti menghayati,memahami dirinya sendiri serta nilai
yang dianut.
2)
Komunikasi harus
ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai.
3)
Perawat harus memahami
dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
4)
Perawat harus menyadari
pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
5)
Perawat harus
menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
6)
Perawat harus
menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk mengubah
dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah - masalah yang dihadapi.
7)
Perawat harus mampu
menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi
perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan ,maupun frustasi.
8)
Mampu menentukan batas
waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
9)
Memahami betul arti
empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan tindakan
yang terapeutik.
10) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan
komunikasi terapeutik.
11) Mampu berperan sebagai role model.
12) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap
mengganggu.
13) Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain
secara manusiawi.
14) Berpegang pada etika.
15) Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri
sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.
2.4 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik
pada Anak
Seperti
yang sudah dijelaskan pasien anak merupakan individu yang unik, dalam melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar hubungan
yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang
anak.
2.4.1. Teknik Verbal
1.
Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan
oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang
berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan
komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan
catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2.
Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan
disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali
dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara
berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat
diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan
tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah
dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku
atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi
dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui
berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6.Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat
penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan
mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif
sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini
digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan
perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan
perasaan sakitnya.
2.4.2. Teknik Non Verbal
Teknik
komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :
1.
Menulis
Menulis adalah suatu alternatif
pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai
suatu percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan
mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak
lebih riil dan nyata.
2.
Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk
komunikasi yang berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam
menginterpretasi gambar adalah bahwa anak- anak mengungkapakan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan pada unsur-unsur sebagai
berikut :
a.
Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan
orang penting
b.
Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas
kepentingan
c.
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya,
mengekspresikan perasaan anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan
keluarga
d.
Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang,
mengekspresikan ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-
hal tertentu.
3.
Gerakan gambar keluarga
Menggambarkan suatu kelompok,
berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan
pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar kelompok
yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
4.
Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-
anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak- anak seusia 5 tahun adalah
sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkungan keluarga. Menggambar suatu
lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam
kehidupan anak, dan gambar bundaran- bundaran didekat lingkaran menunjukkan
keakraban/ kedekatan.
5.
Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan dapat
diterapkan pada anak- anak adalah menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar
bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk mengungkapkan
dinamika dan hubungan keluarga.
6.
Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan
petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play
sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit
atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/ perawatan.
Diatas
telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya, sedangkan
cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak,
antara lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)
1.
Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan
nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh
lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
2.
Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang
hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai,
sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian antara aktivitas yang
pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.
3.
Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan
jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien
anak.
4.
Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak
mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang
kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah
dapat mengontrol perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh
anak tanpa izin dari si anak.
Komunikasi
dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan
masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.
2.5 Karakteristik Helper yang
Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik pada Anak
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik,
yaitu:
1.
Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa
terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan
bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia
akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering
menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang
tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat
untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal
tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi,
membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
2.
Tidak
membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata
yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang
berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai
dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi
klien.
3.
Bersikap
positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat
komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya
maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif
ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap
klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik
tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara perawat dan
klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan
diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison
P,1991 dalam Suryani,2005).
4.
Empati bukan
simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan
sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien
seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005).
Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah
karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak
berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari penyelesaian
masalah secara objektif.
5.
Mampu melihat
permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien
(Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk
melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk
mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan
mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh
perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan)
tanpa melakukan seleksi. Pendengar (perawat) tidak sekedar mendengarkan dan
menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus
pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap
caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
6.
Menerima klien
apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa
adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin
hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani,
2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak
dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka perawat tidak
menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
7.
Sensitif
terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat
menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan
bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata
atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.
8.
Tidak mudah
terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang
ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya
sendiri.
2.6.
Teknik
Yang Kurang Tepat Dilakukan Dalam Komunikasi Terapeutik
Pada Anak
Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi
terapeutik pada anak, seperti :
1.
Mengabaikan keterangan anak
Saat melakukan komunikasi pada anak
seorang perawat hendaknya selalu mendengarkan segala keluh kesah yang
disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan demikian diharapkan
seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang sebenarnya dialami oleh
anak.
2.
Besikap emosional
Dalam melakukan komunikasi terapeutik
pada anak bersikaplah tenang dan sabar dalam mendengarkan segala keterangan
yang disampaikan anak. Hindari bersikap emosional karena seorang anak akan
enggan untuk menyampaikan masalahnya.
3.
Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan satu arah saat
melakukan komunikasi terapeutik pada anak karena hal itu akan menyebabkan anak
menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa yang dibicarakan. Dengan
memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan membuat anak
menjadi lebih terbuka kepada kita.
4.
Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada anak hindarilah
pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal itu akan membuat anak menjadi bosan
dan enggan untuk diajak berkomunikasi pada tahap selanjutnya. Bila anak tidak
menjawab pertanyaan yang diajukan, ulangilah dengan pertanyaan lain sehingga
mendapatkan respon.
5.
Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang dapat menyudutkan
anak karena hal itu akan membuat anak kurang mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa adanya. Apapun
yang terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan selalu mendengarkan
segala keluh kesah anak sehingga ia menganggap kita sebagai temannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa :
1. Komunikasi terapeutik pada anak
adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang
direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan anak.
2. Tujuan yang
diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
perasaan dan pikiran, mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
3. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers,
diantaranya seperti berpegang pada etika, komunikasi harus
ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan menghargai, perawat
harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien, perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
4. Cara komunikasi terapeutik yang perawat lakukan saat menghadapi pasien anak
seperti posisi badan, jarak interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara,
sentuhan, dan pengalihan aktivitas dapat membuat pasien anak merasa nyaman dan aman akan keberadaan perawat.
5. Terdapat teknik komunikasi
terapeutik secara verbal yaitu teknik orang ketiga , teknik bercerita, teknik
Biblotherapy, tiga permintaan, rating game, dan Neuro Linguistic Programming.
Sedangkan untuk teknik komunikasi terapeutik secara nonverbal seperti teknik
menulis, teknik menggambar, teknik bermain.
6. Beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik,
diantaranya seperti kejujuran, tidak membingungkan dan cukup ekspresif, bersikap
positif, empati bukan simpati, mampu melihat permasalahan dari kacamata klien.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa bisa memahami dan mengerti tentang komunikasi
teraprutik pada anak dan teknik- teknik yang digunakan. Serta diharapkan mahasiswa
bisa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dari makalah ini.
A. Pilihlah salah
satu jawaban di bawah yang anda anggap paling benar !
1.
Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang
meliputi, kecuali .......(c)
a.
Usia Bayi (0-1 tahun)
b.
Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
c.
Usia dalam
kandungan
d.
Usia Sekolah (5-11 tahun)
2.
Prinsip-prinsip
komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, kecuali......(b)
a. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik
maupun mental.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling curiga, tidak peduli,dan egois.
c. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik
dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
d. Perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa takut.
3. Salah satu tujuan dari komunikasi
terapeutik pada anak adalah..........(a)
a. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif.
b. Membentuk pribadi anak yang tertutup,
berwatak keras dan memiliki sifat egois.
c. Mengurangi rasa percaya diri dalam bergaul.
d. Mempengaruhi pribadi, fisik, serta
lingkungannya.
4. Dibawah ini merupakan cara berkomunikasi
dengan teknik verbal, kecuali....(b)
a.
Bercerita
b.
Motivasi
c.
Biblioterapi
d.
Pilihan pro dan kontra
- Menurut (Mundakir, 2005 : 153-154) cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak, adalah...........(c)
a.
Nada suara, body language, interaksi, pandangan mata.
b.
Mengalihkan aktivitas, kontak mata, interaksi.
c.
Nada suara, Mengalihkan aktivitas, Jarak interaksi, Kontak mata, Sentuhan
d.
Sentuhan, body language, ekspresi wajah.
- Seorang anak dikatakan memasuki masa remaja saat berusia......(c)
a.
(0-1 Tahun)
b.
(11-18 Tahun)
c.
(5-11 Tahun)
d.
(1-5 Tahun)
- Teknik komunikasi terapeutik pada anak salah satunya adalah biblioterapi, yaitu.....(b)
a.
Dengan bercerita kepada anak mengenai pengalaman-
pengalaman yang pernah ia alami.
b.
Dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
c.
Berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedang berada di samping anak.
d.
Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat
diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak.
8.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan pada
unsur-unsur, kecuali.......(d)
a.
Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas
kepentingan
b.
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya,
mengekspresikan perasaan anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan
keluarga
c.
Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang,
mengekspresikan ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal-
hal tertentu.
d.
Warna gambaran, mengekspresikan perasaan yang dirasakan
anak
9.
Sensorik yang digunakan dalam berkomunikasi pada anak
adalah......(c)
a.
Pendengaran, penciuman dan peraba
b.
Penciuman, peraba dan sentuhan
c.
Penglihatan, pendengaran, dan kinastetic
d.
Penglihatan pendengaran, dan penciuman
10. Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi
terapeutik pada anak adalah......(a)
a.
Mengabaikan keterangan anak, besikap emosional, pembicaraan
satu arah, hindari pertanyaan yang bertubi-tubi, dan menyudutkan anak.
b.
Mengabaikan kepentingan anak, besikap emosional, pembicaraan
satu arah, hindari pertanyaan yang membosankan, dan menyudutkan anak.
c.
Mengabaikan keterangan anak, besikap sabar, pembicaraan
satu arah, hindari pertanyaan yang bertubi-tubi, dan menjerumuskan anak.
d.
Mengabaikan keterangan anak, besikap sabar dan jujur, pembicaraan
dua arah, hindari pertanyaan yang bertubi-tubi, dan menyudutkan anak.
B. Jawablah
pertanyaan dibawah dengan singkat dan jalas !
1.
Jelaskan apa
yang dimaksud dengan komunikasi terpeutik pada anak!
2.
Bagaimanakah cara yang diterapkan saat melakukan
komunikasi terapeutik pada anak?
3.
Mengapa kita harus menghindari pembicaraan satu arah
terhadap anak, jelaskan!
4.
Sebutkan 5 Prinsip-prinsip
komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers!
5.
Bagaimanakah
penggunaan skala pada komunikasi dengan teknik verbal!
1.
Komunikasi terapeutik
pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak),
yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan
anak.
2.
a. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan
nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh
lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
b. Mengalihkan aktivitas, pasien anak
yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai,
sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian antara aktivitas yang
pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.
c. Jarak interaksi, diharapkan perawat
dapat mempertahankan jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien
anak.
d.Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak
mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang
kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah
dapat mengontrol perilakunya.
e.
Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si
anak.
3.
karena hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam,
mintalah umpan balik atas apa yang dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan
pada anak untuk ikut berbicara, itu akan membuat anak menjadi lebih terbuka
kepada kita.
4. Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, seperti :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti
menghayati,memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima
percaya,dan menghargai.
3. Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh
klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik
maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan klien bebas berkembang tanpa rasa takut.
6. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah - masalah yang dihadapi.
7. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara
bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah,
keberhasilan ,maupun frustasi.
8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik
dan sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan
komunikasi terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model.
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila di anggap mengganggu.
13. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain
secara manusiawi.
14. Berpegang pada etika.
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri
sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap orang lain.
5.
Penggunaan skala dalam komunikasi dengan teknik verbal :
Penggunaan skala atau peringkat ini
digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan
perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
Tagged as: Keperawatan, PAPER
GET UPDATES
Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email
Tentang Penulis
Ngurah Jaya Antara
BACA JUGA