MENGENAL PENYAKIT HEREDITER KELAINAN SEL DARAH MERAH "THALASEMIA"
Posted by Ngurah Jaya Antara
on
0
DEFINISI
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit
keturunan yang diturunkan secara autosomal yang
paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai
sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,
kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50%
menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian
besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun. (Wikipedia)
Thalasemia adalah penyakit kelainan
darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya
lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita thalasemia
akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering
lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.
Thalasemia terjadi akibat
ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk
memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya
zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak
ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak
dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi
menjalankan aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah sekelompok penyakit
keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu
dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.
PENYEBAB
Ketidakseimbangan dalam rantai
protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan
hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita
penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya.
Jika hanya 1gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi
pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
JENIS – JENIS THALASEMIA
Thalasemia digolongkan bedasarkan
rantai asam amino yang terkena, 2 jenis yang utama yaitu :
1. Alfa – Thalasemia (melibatkan
rantai alfa) Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam
(25% minimal membawa 1 gen).
2. Beta – Thalasemia (melibatkan
rantai beta) Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia
Tenggara.
Secara umum,
terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :
1. Thalasemia
Mayor, karena sifat sifat gen dominan.
Thalasemia mayor merupakan
penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin
dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang
bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat
rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan
transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya
Penderita thalasemia mayor akan
tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat
adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung
berdetak lebih kencang danfacies cooley.
Facies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke
dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras
untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
Penderita thalasemia mayor akan
tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita
thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan pengobatan
seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor
hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan.
Seberapa sering transfusi darah
ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Semakin
berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi
darah.
2. Thalasemia Minor
Individu hanya
membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup normal,tanda-tanda
penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun
bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi
masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita
thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit
thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak
menjadi anemia, lemas, loyo dan sering
mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan
tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi
darah di sepanjang hidupnya
GEJALA
Semua thalasemia memiliki
gejala yang mirip, tetapi beratnya
bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada
bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia
mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di
kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa.
Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa
menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan
wajah.Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang
menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai
masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya
yang normal.
Karena penyerapan zat besi meningkat
dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul
dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal
jantung.
Oleh karena itu, untuk memastikan
seseorang mengalami thalasemia atau tidak, dilakukan dengan pemeriksaan
darah. Gejala thalasemia dapat dilihat pada banak usia 3 bulan hingga 18
bulan.Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita thalasemia mayor ini
hidup hingga 8 tahun saja
Satu-satunya perawatan dengan
tranfusi darah seumur hidup. jika tidak diberikan tranfusi darah, penderita
akan lemas, lalu meninggal.
DIAGNOSA
Thalasemia lebih sulit didiagnosis
dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya.
Hitung jenis darah komplit
menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV (mean corpuscular volume).
Elektroforesa bisa membantu, tetapi
tidak pasti, terutama untuk alfa-thalasemia. Karena itu diagnosis
biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan
hemoglobin khusus.
PENGOBATAN
Pada thalasemia yang berat diperlukan
transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam folat
Penderita yang menjalani
transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat
yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan
bisa menyebabkan keracunan.
Pada bentuk yang
sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum
tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.
PENCEGAHAN
Pada keluarga dengan
riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan
genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalasemia.
Pengidap thalasemia
yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup
layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di
dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine.
Penyakit thalasemia dapat dideteksi
sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri merupakan pembawa
sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki
kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita
thalasemia.
Tagged as: Keperawatan, Penyakit
GET UPDATES
Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email
Tentang Penulis
Ngurah Jaya Antara
BACA JUGA