KONSEP KELUARGA

Posted by Ngurah Jaya Antara on 0



A.                PENGERTIAN
Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (Abu&Nur, 2001: 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Didalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan.
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anakanak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):
1.   Keluarga batih berperan sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
2.   Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan anggotanya.
3.   Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
4.   Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.
Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page (Khairuddin, 1985: 12), yaitu:
1.      Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2.      Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3.      Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4.      Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5.      Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok kelompok keluarga.
Hubungan dalam keluarga
Hubungan keluarga merupakan suatu ikatan dalam keluarga yang terbentuk melalui masyarakat. Ada tiga jenis hubungan keluarga yang dikemukakan oleh Robert R. Bel l (Ihromi, 2004: 91), yaitu:
1.      Kerabat Dekat (conventional kin) yaitu terdiri dari individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau perkawinan, seperti suami istri, orang tua-anak, dan antar-saudara (siblings).
2.      Keluarga Jauh (discretionary kin) yaitu terdiri dari individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau perkawinan, tetapi ikatan keluarganya lebih lemah daripada keluarga dekat. Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak menyadari adanya hubungan keluarga tersebut. Hubungan yang terjadi di antara mereka biasanya karena kepentingan pribadi dan bukan karena adanya kewajiban sebagai anggota keluarga. Biasanya mereka terdiri atas paman dan bibi, keponakan dan sepupu.
3.      Dianggap kerabat (fictive kin) yaitu seseorang dianggap anggota kerabat karena ada hubungan yang khusus, misalnya hubungan antar teman akrab.
Erat-tidaknya hubungan dengan anggota kerabat tergantung dari jenis kerabatnya dan lebih lanjut dikatakan Adams, bahwa hubungan dengan anggota kerabat juga dapat dibedakan menurut kelas sosial (Ihromi, 2004: 99).
Hubungan dalam keluarga bisa dilihat dari Pertama, hubungan suami-istri. Hubungan antar suami-istri pada keluarga yang institusional ditentukan oleh faktor-faktor di luar keluarga seperti: adat, pendapat umum, dan hukum. Kedua, Hubungan orangtua-anak. Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orangtua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial. Ketiga, Hubungan antar-saudara(siblings). Hubungan antar-saudara bisa dipengaruhi oleh jenis, umur, jumlah anggota keluarga, jarak kelahiran, rasio saudara laki-laki terhadap saudara perempuan, umur orang tua pada saat mempunyai anak pertama, dan umur anak pada saat mereka ke luar dari rumah. Hubungan keluarga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hubungan orang tua dan anaknya. Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial. Secara psikologis orang tua akan bangga dengan prestasi yang dimiliki anaknya, secara ekonomis, orangtua menganggap anak adalah masa depan bagi mereka, dan secara sosial mereka telah dapat dikatakan sebagai orang tua.




B.                 TIPE/BENTUK KELUARGA
Menurut Sudiharto (2007), beberapa tipe/bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
1.   Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2.   Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
3.   Keluarga Besar (extended family ), keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
4.   Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau kematian pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5.   Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terjadi karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
6.   Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7.   Keluarga kohabitasis (Cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun, lambat laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
8.   Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Halini dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
9.   Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di sebuah asrama

C.                FUNGSI KELUARGA
Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut:
1.   Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta, saling menerima dan mendukung.
2.   Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social
3.   Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia
4.   Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan
5.   Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.


D.    TUGAS PERKEMBANGAN
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998) :
Tahap I      : Pasangan Baru (Keluarga Baru )
Tahap II     : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
Tahap III    : Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah
Tahap IV    : Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap V     : Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap VI    : Keluarga dengan Anak Dewasa ( Pelepasan )
Tahap VII   : Keluarga Usia Pertengahan
Tahap VIII  : Keluarga Usia Lanjut

1.      Tahap I
Pasangan Baru/Keluarga Baru (newly established couple (no children). Dimulai saat individu laki-laki / perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan. Meninggalkan keluarga mereka masing-masing baik fisik/psikologis.
Tugas Perkembangannya :
·         Membina hubungan intim yang memuaskan
·         Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
·         Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, Aspek luas tentang KB, Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah. Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan, hukum adat Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk agar saling memahami satu sama lain.

2.      Tahap II
Keluarga Kelahiran Anak Pertama (Chlid-bearing family ( oldest child birth to 2,5 years). Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan ( 2,5 tahun). Keluarga menanti kelahiran dan mengasuh anak.
Tugas Perkembangannya :
·         Persiapan menjadi orang tua
·         Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual
·         Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

Masalah Kesehatan Keluarga
Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini. Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak.

3.      Tahap III
Keluarga Anak Usia Prasekolah Family With Preschool Children (oldest child 2,5 – 5 years)
Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 – 5 tahun. Keluarga lebih majemuk dan berbeda. (Suami – Ayah   =  Istri – Ibu  = anak laki-laki -saudara = anak perempuan – saudari ).
Tugas Perkembangannya
·         Memenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.
·         Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
·         Mempertahankan hubungan yang sehat internal atau ekternal keluarga, bagian tanggung jawab anggota keluarga
·         Stimulasi tumbang anak. Pembagian waktu untuk individu,pasangan dan anak ( paling repot )
Masalah Keesehatan Keluarga
Masalah kesehatan fisik : penyakit menular,jatuh,luka bakar,keracunan & kecelakaan 2 lain.

4.      Tahap IV
Keluarga Dengan Anak Sekolah atau Family With School Children (oldest child 6 – 13  years )
Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal,keluarga sangat sibuk. Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-2. Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkemb anak & dirinya. Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan teman sebayanya). Orang tua mulai merasakan tekanan yg besar dr komunitas di luar rumah ( sistem sekolah )
Tugas Perkembangannya
·         Mebantu sosialisasi anak : meningktk prestasi belajar anak.
·         Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
·         Memenuhi kebutuhant & biaya kehidupan yang semakin meningkat termasuk biaya kesehatan.

5.      Tahap V
Keluarga Dengan  Anak Remaja atau Family With Teenagers ( oldest child 13 -19/20  years ). Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 th,berlangs 6-7 th. Tujuan keluarga tahap ini : melonggarkan ikatan yang memungkinkan tanggungjawab & kebebasan yg lebih optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
Tugas Perkembangannya :
·         Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
·         Menfokuskan hubungan perkawinan
·         Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak
Masalah-masalah kesehatan :
·         Masalah kesehatan fisik keluarga biasanya baik,tapi promosi kesehatan tetap perlu diberikan.
·         Perhatian pada gaya hidup keluarga yang sehat ; penyakit jantung koroner pada orang tua ( usia 35 th )
·         pada remaja : kecelakaan, penggunaan obat-obatan,alkohol, mulai menggunakan rokok sebagai alat pergaulan,kehamilan tidak dikehandaki.
·         Konseling dan pendidikan tentang sex education menjadi sangat penting.
·         Terdapat beda persepsi antara orang tua dengan anak remaja tenting sex education –> konseling harus terpisah antara orang tua dengan anak
·         Persepsi remaja tentang sex education : uji kehamilan,AIDS,alat kontrasepsi Dan aborsi

6.      Tahap VI
Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda atau Family As Launching Center ( oldest child gone to departure of youngest ). Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah berakhir sama rumah menjadi kosong. Tahap ini bisa singkat bisa lama tgant juml anak ( biasa berlangs 6 – 7 th ) –> faktor ekonomi menjadi kendala.
Tugas Perkembnaganya :
·         Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru dari perkawianan anak-anaknya.
·         Melanjutkan untuk memperbaharui & menyesuaikan kembali hubungn perkawinan
·         Membantu orang tua/ lansia yg sakit-sakitan dari suami maupun istri.
Masalah Kesehatan
Masalah komunikasi anak dengan orang tua ( jarak ), perawatan usia lanjut, masalah penyak kronis: Hipertensi,Kolesterol, Obesitas, Menopause, DM, Dll.

7.      Tahap VII
Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan atau Middle-anged Family ( emptynest to retirement ). Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun at kematian pasangan. Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55th & berakhir saat masuk pensiun 16-18 th kemudian
Tugas Perkembangannya :
·         Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
·         Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan & penuh arti dengan para ortu lansia(teman sebaya) & anak-anak
·         Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan
·         Kebutuhan Promosi Kesehatan : istirahat cukup, kegiatan waktu luang & tidur, nutrisi, olahraga teratur, BB harus ideal,no smoking, pemeriksaan berkala.
·         Masalah hubungan perkawinan,komunikasi dengan anak-anak & teman sebaya,masalah ketergantungan perawatan diri

8.      Tahap VIII
Keluarga Masa Pensiun & Lansia atau Aging Family ( retirement to death of both spouses ). Dimulai salah satu/keduanya pensiun sampai salah satu /keduanya meninggal. Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi & pekerjaan (pensiun),perumahan ( pindah ikut anak/panti ) , social (kematian pasangan & teman-satunya), Kesehatan (penurunan kemamp fisik )
Tugas Perkembangannya :
·         Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
·         Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
·         Mempertahankan hubungan perkawinan
·         Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
·         Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
·         Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan Dan integrasi hidup )


E.     LEVEL PENCEGAHAN PERAWATAN KELUARGA
PERAN PERAWAT KELUARGA
Dari 5 fungsi keluarga satu diantaranya adalah fungsi perawatan kesehatan dimana keluarga bersama perawat menyelesaikan masalah kesehatan. Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perwat adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatna keluargam diantaranya sebagai berikut:
1.      Pendidik
Perawat perlu memberikan pendididkan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut : (a) keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan (b) bertanggung jawab terhadap masalah kesehaqtan keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.
2.      Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi rumpang tindih.
3.      Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawatan kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemontrasikan kepada kelurga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4.      Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentangh kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.
5.      Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
6.      Kolaborasi
Sebagai perawat dimonunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitas pun dapat dilaksanakan.
7.      Fasilitator
Peran perrawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan social budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan, misalnya system rujukan dan dana sehat.
8.      Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding) sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
9.      Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus daoat mnemodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
ALASAN KELUARGA SEBAGAI SENTRAL PELAYANAN
1.      Keluarga sebagai sumber kritis dalam pemberian pelayanan kesehatan
2.      Disfungsi apapun (sakit, cedera atau perpisahan) berdampak terhadap satu atau lebih anggota keluarga atau keseluruhan keluarga
3.      Hubungan yang kuat antar anggota keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga, peran keluarga merupakan hal-hal penting pada saat menghadapi masalah anggota keluarga.
4.      Penemuan kasus merupakan salahsatu alasan pemberian pelayanan/asuhan keperawatan keluarga
5.      Pemahaman yang jelas dari individu-individu dan fungsinya dalam konteks keluarga
6.      Keluarga merupakan system pendukung yang vital untuk individu di dalam keluarga dengan mengkaji setiap sumber yang bersedia di dalam keluarga
Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Sehat adalah dambaan semua orang dan oleh karena itu seseorang dapat melakukan hal apa saja untuk mendapatkan kesehatan. Dengan adanya kesehatan maka sesuatu yang ingin dicapai akan tercapai dengan mudah. Tingkat kesehatan seseorang berkaitan dengan tingkat kesehatan sebuah keluarga.
ALASAN KELUARGA PENTING BAGI PERAWAT
1.      Keluarga sebagai sebuah system juga membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar ia dapat memenuhi tugasnya dalam setiap fase perkembanganTingkat kesehatan individu berkaitan erat dnegant ingkat kesehatan keluarga begitu pun sebaliknya.
2.      Tingkat kesehatan indivu berkaitan erat dengan tingkat kesehatan keluarga bergitupun sebaliknya.
3.      Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan system diatasnya. (Spradeley dan Alleden, 1997)
Interaksi Sehat Sakit dan Keluarga
Pratt (1976) menyatakan bahwa keluarga yang sehat adalah kelduarga yang energik dimana orang berkembang dalam matrik keluarga keluarga melalui kebebasan dan perubahan. Adapun beberapa karakteristik sebuah keluarga sehat adalah sebagai berikut. Keluarga berfungsi secara optimal ditandai dengan :
1.      Memperlihatkan kemampuan yang optimal secara konsisten dalam mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan
2.      Mengekspresikan secara spontan terbuka dan jelas terhadap perasaan, keyakinan dan perbedaaan yang dimilikinya
3.      Menghargai perasaan anggota keluarga lainnya
4.      Mendorong otonomi anggota keluarganya
5.      Mengharapkan anggota keluarganya untuk bertanggung jawa terhadap segala tindakan yang dilakukannya
6.      Memperlihatkan sikap kebersamaan/kekeluargaandan terhadap anggota keluarga lainnya.
7.      Anggota keluarga sering berinteraksi dalam berbagai situasi
8.      Anggota keluarga meningkatkan hubungan yang lebih luas dengan organisasi atau kelompok di masyarakat
9.      Anggota keluarga memiliki peran dalam mencari informasi, menentukan pilihan serta mengambil keputusan
10.  Anggota keluarga menggunakan hubungan peran yang fleksibel, berbagai kekuatan, responsive terhadfap perubahan, mendukung perkembangan dan otonomi anggota lainnya serta mendukung
11.  Keputusan yang berdampak positif bagi kesehatan anggota keluargany.
Dalam keperawatan keluarga pemberian yan/askep dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam situasi sehat atau sakit ada beberapa level dalam keperawatan keluarga. Adapun level-level dalam keperawatan keluarga
LEVEL KEPERAWATAN DAN PREVENSI KELUARGA
1.      Keluarga menjadi focus dan individu sebagai latar belakang
2.      Keluarga dipandang sebagai interaksional system
3.      Fokus intervensi dinamika internal keluarga. Hubungan dalam keluarga, struktur dan fungsi keluarga, hubungan sub system keluarga dengan lingkungan luas. Leavely dan kawan kawan (1965) mengembangkan sebuah kerangka kerja yang disebut sebagai tingkat pencegahan atau prevensi yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga.
Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spectrum kesehatan dan penyakit. Juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-masing tingkat
Level Prevensi Keluarga
1.      Prevensi primer :
Promosi kesehatan dan proteksi spesifik untuk mempertahankan kesehatan seseorang bebas dari penyhakit dan cedera
2.      Prevensi sekunder :
Deteksi dini, diagnosis dan terapi menjadi akut
3.      Prevensi tersier
Tahap penyembuhan dan rehabilitasi, untuk meminimalkan kecacatan dan memaksimalkan fungsi tubuh
SISTEM DAN FUNGSI PEMELIHARAAN KESEHATAN KELUARGA
Kesehatan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, kesehatan dapat terjadi bila syarat-syarat yang dikatakan seseorang sehat ada pada seseorang, maka untuk menunjang kesehatan keluarga dikenal adanya system kesehatan keluarga. System kesehatan keluarga berfokus pada lima aspek kehidupan keluarga yang menunjang kesehatan kularga :
1. Proses interaksi
2. Proses perkembangan
3. Proses koping
4. Proses integritas
5. Proses kesehatan
Tugas dan factor-faktor yang mendorong peningkatan kesehatan saat ini:
1. Mengenal masalah
2. Mengambil keputusan
3. Melakukan perawatan dirumah
4. Memodofikasi lingkungan
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

F.     TUGAS KELUARGA
Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. Tugas-tugas keluarga dalam pamaliharaan kesehatan menurut Friedman adalah:
1.   Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2.   Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
3.   Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
4.   Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5.   Mempertahankan hubunga timbal balik antara anggota keluarga dan fasilitas kesehatan

G.    TINGKAT KEMANDIRIAN
Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
1.      Keluarga mandiri tingkat I
a.       Menerima petugas perawatan kesehatan kom
b.      Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

2.      Keluarga mandiri tingkat II
a.       Menerima petugas perawatan kesehatan. Kom
b.      Menerima pelayanan keperawatan yang dibrikan sesuai dengan rencana
Keperawatan
c.       Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.      Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
3.      Keluarga mandiri tingkat III
a.       Menerima petugas perawatan kes. Kom
b.      Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
c.       Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.      Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
e.       Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f.       Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
4.      Keluarga mandiri Tingkat IV
a.       Menerima petugas perawatan kes.kom
b.      Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
c.       Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.      Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e.       Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f.       Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g.      Melaksanakan tindakan promotif secara aktif


Share this to

Facebook Google+ Twitter Digg

Tagged as: ,

GET UPDATES

Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email

Tentang Penulis

Ngurah Jaya Antara

BACA JUGA

Comments
0 Comments

0 comments:

TIPS KESEHATAN TERBARU

ARTIKEL KEPERAWATAN

TUTORIAL BLOGGER

VIEWER

MEMBER

© 2011-2014 Ngurah Jaya Antara. All rights reserved. Theme by Bloggertheme9
Blogger templates. Powered by Blogger.
back to top