KONSEP KELUARGA
Posted by Ngurah Jaya Antara
on
0
A.
PENGERTIAN
Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (Abu&Nur, 2001: 176), bahwa keluarga
berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga.
Didalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga artinya
anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau
warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan
yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari
warga yang lainnya secara keseluruhan.
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan
orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain
sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anakanak yang belum
menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup
dalam masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu
(Soerjono, 2004: 23):
1. Keluarga
batih berperan sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota,
dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
2. Keluarga
batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan
anggotanya.
3. Keluarga
batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
4. Keluarga
batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni
suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Keluarga
pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang
terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan
keorangtuaan dan pemeliharaan anak.
Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh
Mac Iver and Page (Khairuddin, 1985:
12), yaitu:
1. Keluarga
merupakan hubungan perkawinan.
2. Susunan
kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan
dipelihara.
3. Suatu
sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan
ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggota kelompok yang mempunyai ketentuan
khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan
tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak
mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok kelompok keluarga.
Hubungan dalam keluarga
Hubungan keluarga merupakan suatu ikatan dalam
keluarga yang terbentuk melalui
masyarakat. Ada tiga jenis hubungan keluarga yang dikemukakan oleh Robert R. Bel l (Ihromi, 2004: 91), yaitu:
1. Kerabat
Dekat (conventional kin) yaitu terdiri dari individu yang terikat dalam
keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau perkawinan, seperti suami
istri, orang tua-anak, dan antar-saudara (siblings).
2. Keluarga Jauh (discretionary kin)
yaitu terdiri dari individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah,
adopsi dan atau perkawinan, tetapi ikatan keluarganya lebih lemah daripada keluarga
dekat. Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak menyadari adanya hubungan
keluarga tersebut. Hubungan yang terjadi di antara mereka biasanya karena
kepentingan pribadi dan bukan karena adanya kewajiban sebagai anggota keluarga.
Biasanya mereka terdiri atas paman dan bibi, keponakan dan sepupu.
3. Dianggap
kerabat (fictive kin) yaitu seseorang dianggap anggota kerabat karena
ada hubungan yang khusus, misalnya hubungan antar teman akrab.
Erat-tidaknya hubungan dengan anggota kerabat tergantung
dari jenis kerabatnya dan lebih lanjut dikatakan Adams, bahwa hubungan dengan
anggota kerabat juga dapat dibedakan menurut kelas sosial (Ihromi, 2004: 99).
Hubungan dalam keluarga bisa dilihat dari Pertama, hubungan
suami-istri. Hubungan antar suami-istri pada keluarga yang institusional
ditentukan oleh faktor-faktor di luar keluarga seperti: adat, pendapat umum,
dan hukum. Kedua, Hubungan orangtua-anak. Secara umum kehadiran anak dalam
keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orangtua dari segi psikologis,
ekonomis dan sosial. Ketiga, Hubungan antar-saudara(siblings). Hubungan
antar-saudara bisa dipengaruhi oleh jenis, umur, jumlah anggota keluarga, jarak
kelahiran, rasio saudara laki-laki terhadap saudara perempuan, umur orang tua
pada saat mempunyai anak pertama, dan umur anak pada saat mereka ke luar dari
rumah. Hubungan keluarga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hubungan
orang tua dan anaknya. Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat
sebagai faktor yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan
sosial. Secara psikologis orang tua akan bangga dengan prestasi yang dimiliki
anaknya, secara ekonomis, orangtua menganggap anak adalah masa depan bagi
mereka, dan secara sosial mereka telah dapat dikatakan sebagai orang tua.
B.
TIPE/BENTUK
KELUARGA
Menurut
Sudiharto (2007), beberapa tipe/bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
1. Keluarga Inti ( nuclear family ),
adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami, istri, dan anak- anak baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin),
merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga Besar (extended family ),
keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya
kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua
tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian
families).
4. Keluarga Berantai, keluarga yang
terbentuk karena perceraiandan/atau kematian pasangan yang dicintai dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda (single
family), keluarga yang terjadi karena perceraian dan/atau kematian pasangan
yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite
family), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluarga kohabitasis (Cohabitation),
dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau
tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya
timur. Namun, lambat laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family),
seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat
dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki,
paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan
satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim
dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin
besar. Halini dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak
dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan
nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional
diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari
perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang
tinggal di sebuah asrama
C.
FUNGSI
KELUARGA
Menurut
Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi afektif, adalah fungsi
internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan
memberikan cinta kasih serta, saling menerima dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses
perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga
berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi
keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah
kekampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
D.
TUGAS
PERKEMBANGAN
Tahap
perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998) :
Tahap
I : Pasangan Baru (Keluarga Baru )
Tahap II :
Keluarga Kelahiran Anak Pertama
Tahap III :
Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah
Tahap IV :
Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap V :
Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap VI :
Keluarga dengan Anak Dewasa ( Pelepasan )
Tahap VII : Keluarga
Usia Pertengahan
Tahap VIII : Keluarga Usia
Lanjut
1.
Tahap I
Pasangan Baru/Keluarga Baru (newly
established couple (no children). Dimulai saat individu
laki-laki / perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan. Meninggalkan
keluarga mereka masing-masing baik fisik/psikologis.
Tugas
Perkembangannya :
·
Membina
hubungan intim yang memuaskan
·
Membina
hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
·
Mendiskusikan
rencana memiliki anak ( KB)
Masalah
Kesehatan Yang Muncul :
Penyesuaian
seksual dan peran perkawinan, Aspek luas tentang KB, Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah
menikah. Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan, hukum adat Tugas Perawat :
membantu setiap keluarga untuk agar saling memahami satu sama lain.
2.
Tahap II
Keluarga Kelahiran Anak Pertama (Chlid-bearing family ( oldest child birth to 2,5 years). Dimulai
dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan ( 2,5 tahun). Keluarga
menanti kelahiran dan mengasuh anak.
Tugas Perkembangannya :
·
Persiapan
menjadi orang tua
·
Adaptasi
dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual
·
Mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah
Kesehatan Keluarga
Pendidikan maternitas fokus keluarga,
perawatan bayi, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan dan penanganan
masalah kesehatan fisik secara dini. Inaksesibilitas
dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak.
3.
Tahap III
Keluarga Anak Usia Prasekolah Family With Preschool Children (oldest child 2,5 – 5 years)
Dimulai dengan anak pertama berusia
2,5 – 5 tahun. Keluarga lebih majemuk dan berbeda. (Suami – Ayah
= Istri – Ibu = anak laki-laki -saudara = anak perempuan – saudari
).
Tugas Perkembangannya
·
Memenuhan
kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, privasi dan rasa aman,
membantu anak untuk sosialisasi.
·
Adaptasi
dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
·
Mempertahankan
hubungan yang sehat internal atau ekternal keluarga, bagian tanggung jawab anggota
keluarga
·
Stimulasi
tumbang anak. Pembagian waktu untuk individu,pasangan dan anak ( paling repot )
Masalah
Keesehatan Keluarga
Masalah
kesehatan fisik : penyakit menular,jatuh,luka bakar,keracunan & kecelakaan 2
lain.
4.
Tahap IV
Keluarga Dengan Anak Sekolah atau Family
With School Children (oldest child 6 – 13 years )
Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal,keluarga
sangat sibuk. Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-2. Orang tua
berjuang dengan tuntutan ganda : perkemb anak & dirinya. Orang tua belajar
menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan teman sebayanya). Orang tua mulai
merasakan tekanan yg besar dr komunitas di luar rumah ( sistem sekolah )
Tugas Perkembangannya
·
Mebantu
sosialisasi anak : meningktk prestasi belajar anak.
·
Mempertahankan
hubungan perkawinan yang bahagia.
·
Memenuhi
kebutuhant & biaya kehidupan yang semakin meningkat termasuk biaya
kesehatan.
5.
Tahap V
Keluarga Dengan Anak Remaja atau Family With Teenagers ( oldest child 13 -19/20 years ). Dimulai
ketika anak pertama melewati umur 13 th,berlangs 6-7 th. Tujuan keluarga tahap
ini : melonggarkan ikatan yang memungkinkan tanggungjawab & kebebasan yg
lebih optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
Tugas Perkembangannya :
·
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
·
Menfokuskan hubungan perkawinan
·
Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan
anak-anak
Masalah-masalah kesehatan :
·
Masalah kesehatan fisik keluarga biasanya baik,tapi
promosi kesehatan tetap perlu diberikan.
·
Perhatian pada gaya hidup keluarga yang sehat ;
penyakit jantung koroner pada orang tua ( usia 35 th )
·
pada remaja : kecelakaan, penggunaan obat-obatan,alkohol,
mulai menggunakan rokok sebagai alat pergaulan,kehamilan tidak dikehandaki.
·
Konseling dan pendidikan tentang sex education
menjadi sangat penting.
·
Terdapat beda persepsi antara orang tua dengan anak
remaja tenting sex education –> konseling harus terpisah antara orang tua dengan
anak
·
Persepsi remaja tentang sex education : uji
kehamilan,AIDS,alat kontrasepsi Dan aborsi
6. Tahap VI
Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda atau Family As Launching Center ( oldest
child gone to departure of youngest ). Dimulai Anak pertama
meninggalkan rumah berakhir sama rumah menjadi kosong. Tahap ini bisa singkat
bisa lama tgant juml anak ( biasa berlangs 6 – 7 th ) –> faktor ekonomi menjadi
kendala.
Tugas Perkembnaganya :
·
Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota
keluarga baru dari perkawianan anak-anaknya.
·
Melanjutkan untuk memperbaharui & menyesuaikan
kembali hubungn perkawinan
·
Membantu orang tua/ lansia yg sakit-sakitan dari
suami maupun istri.
Masalah
Kesehatan
Masalah
komunikasi anak dengan orang tua ( jarak ), perawatan usia lanjut, masalah
penyak kronis: Hipertensi,Kolesterol, Obesitas, Menopause, DM, Dll.
7. Tahap VII
Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan atau Middle-anged Family ( emptynest to
retirement ). Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai
pensiun at kematian pasangan. Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55th
& berakhir saat masuk pensiun 16-18 th kemudian
Tugas Perkembangannya :
·
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
·
Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan
& penuh arti dengan para ortu lansia(teman sebaya) & anak-anak
·
Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah
Kesehatan
·
Kebutuhan Promosi Kesehatan : istirahat cukup, kegiatan
waktu luang & tidur, nutrisi, olahraga teratur, BB harus ideal,no smoking, pemeriksaan
berkala.
·
Masalah hubungan perkawinan,komunikasi dengan
anak-anak & teman sebaya,masalah ketergantungan perawatan diri
8. Tahap VIII
Keluarga Masa Pensiun & Lansia atau Aging
Family ( retirement to death of both spouses ). Dimulai salah satu/keduanya
pensiun sampai salah satu /keduanya meninggal. Kehilangan yg lazim pada usia
ini : ekonomi & pekerjaan (pensiun),perumahan ( pindah ikut anak/panti ) ,
social (kematian pasangan & teman-satunya), Kesehatan (penurunan kemamp
fisik )
Tugas
Perkembangannya :
·
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
·
Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
·
Mempertahankan hubungan perkawinan
·
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
·
Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
·
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (
penelaahan Dan integrasi hidup )
E.
LEVEL
PENCEGAHAN PERAWATAN KELUARGA
PERAN
PERAWAT KELUARGA
Dari 5 fungsi keluarga satu diantaranya adalah
fungsi perawatan kesehatan dimana
keluarga bersama perawat menyelesaikan masalah kesehatan. Perawat kesehatan
keluarga adalah
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perwat adalah membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga
dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatna
keluargam diantaranya sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendididkan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut : (a) keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan (b) bertanggung jawab terhadap masalah kesehaqtan keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.
Perawat perlu memberikan pendididkan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut : (a) keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan (b) bertanggung jawab terhadap masalah kesehaqtan keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.
2. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi rumpang tindih.
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi rumpang tindih.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawatan kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemontrasikan kepada kelurga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawatan kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemontrasikan kepada kelurga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas
kesehatan
Sebagai pengawas
kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur
untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentangh kesehatan keluarga.
Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut
dari kunjungan ini.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
6. Kolaborasi
Sebagai perawat dimonunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitas pun dapat dilaksanakan.
Sebagai perawat dimonunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitas pun dapat dilaksanakan.
7. Fasilitator
Peran perrawat
komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami
keluarga adalah keraguan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi
dan social budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka
perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan, misalnya system
rujukan dan dana sehat.
8. Penemu
kasus
Peran perawat komunitas
yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case
Finding) sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
9. Modifikasi
lingkungan
Perawat komunitas juga harus daoat
mnemodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan
lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
ALASAN
KELUARGA SEBAGAI SENTRAL PELAYANAN
1. Keluarga
sebagai sumber kritis dalam pemberian pelayanan kesehatan
2. Disfungsi
apapun (sakit, cedera atau perpisahan) berdampak terhadap satu atau lebih anggota
keluarga atau keseluruhan keluarga
3. Hubungan
yang kuat antar anggota keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga,
peran keluarga merupakan hal-hal penting pada saat menghadapi masalah anggota
keluarga.
4. Penemuan
kasus merupakan salahsatu alasan pemberian pelayanan/asuhan keperawatan
keluarga
5. Pemahaman
yang jelas dari individu-individu dan fungsinya dalam konteks keluarga
6. Keluarga
merupakan system pendukung yang vital untuk individu di dalam keluarga dengan
mengkaji setiap sumber yang bersedia di dalam keluarga
Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Sehat adalah dambaan semua orang dan oleh karena itu seseorang dapat melakukan hal apa saja untuk mendapatkan kesehatan. Dengan adanya kesehatan maka sesuatu yang ingin dicapai akan tercapai dengan mudah. Tingkat kesehatan seseorang berkaitan dengan tingkat kesehatan sebuah keluarga.
Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Sehat adalah dambaan semua orang dan oleh karena itu seseorang dapat melakukan hal apa saja untuk mendapatkan kesehatan. Dengan adanya kesehatan maka sesuatu yang ingin dicapai akan tercapai dengan mudah. Tingkat kesehatan seseorang berkaitan dengan tingkat kesehatan sebuah keluarga.
ALASAN
KELUARGA PENTING BAGI PERAWAT
1. Keluarga
sebagai sebuah system juga membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya
individu agar ia dapat memenuhi tugasnya dalam setiap fase perkembanganTingkat
kesehatan individu berkaitan erat dnegant ingkat kesehatan keluarga begitu pun
sebaliknya.
2. Tingkat
kesehatan indivu berkaitan erat dengan tingkat kesehatan keluarga bergitupun
sebaliknya.
3. Tingkat
fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi
derajat kesehatan system diatasnya. (Spradeley dan Alleden, 1997)
Interaksi Sehat Sakit dan Keluarga
Pratt (1976) menyatakan bahwa keluarga yang sehat
adalah kelduarga yang energik dimana orang berkembang dalam matrik keluarga
keluarga melalui kebebasan dan perubahan. Adapun beberapa karakteristik sebuah
keluarga sehat adalah sebagai berikut. Keluarga berfungsi secara optimal
ditandai dengan :
1. Memperlihatkan
kemampuan yang optimal secara konsisten dalam mengatasi masalah kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan
2. Mengekspresikan
secara spontan terbuka dan jelas terhadap perasaan, keyakinan dan perbedaaan
yang dimilikinya
3. Menghargai
perasaan anggota keluarga lainnya
4. Mendorong
otonomi anggota keluarganya
5. Mengharapkan
anggota keluarganya untuk bertanggung jawa terhadap segala tindakan yang
dilakukannya
6. Memperlihatkan
sikap kebersamaan/kekeluargaandan terhadap anggota keluarga lainnya.
7. Anggota
keluarga sering berinteraksi dalam berbagai situasi
8. Anggota
keluarga meningkatkan hubungan yang lebih luas dengan organisasi atau kelompok
di masyarakat
9. Anggota
keluarga memiliki peran dalam mencari informasi, menentukan pilihan serta
mengambil keputusan
10. Anggota
keluarga menggunakan hubungan peran yang fleksibel, berbagai kekuatan,
responsive terhadfap perubahan, mendukung perkembangan dan otonomi anggota
lainnya serta mendukung
11. Keputusan
yang berdampak positif bagi kesehatan anggota keluargany.
Dalam keperawatan keluarga pemberian yan/askep dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam situasi sehat atau sakit ada beberapa level dalam keperawatan keluarga. Adapun level-level dalam keperawatan keluarga
Dalam keperawatan keluarga pemberian yan/askep dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam situasi sehat atau sakit ada beberapa level dalam keperawatan keluarga. Adapun level-level dalam keperawatan keluarga
LEVEL
KEPERAWATAN DAN PREVENSI KELUARGA
1. Keluarga
menjadi focus dan individu sebagai latar belakang
2. Keluarga
dipandang sebagai interaksional system
3. Fokus
intervensi dinamika internal keluarga. Hubungan dalam keluarga, struktur dan
fungsi keluarga, hubungan sub system keluarga dengan lingkungan luas. Leavely
dan kawan kawan (1965) mengembangkan sebuah kerangka kerja yang disebut sebagai
tingkat pencegahan atau prevensi yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari
keperawatan keluarga.
Tingkat
pencegahan tersebut mencakup seluruh spectrum kesehatan dan penyakit. Juga
tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-masing tingkat
Level
Prevensi Keluarga
1.
Prevensi primer :
Promosi kesehatan dan
proteksi spesifik untuk mempertahankan kesehatan seseorang bebas dari penyhakit
dan cedera
2.
Prevensi sekunder :
Deteksi dini, diagnosis
dan terapi menjadi akut
3.
Prevensi tersier
Tahap penyembuhan dan rehabilitasi,
untuk meminimalkan kecacatan dan memaksimalkan fungsi tubuh
SISTEM
DAN FUNGSI PEMELIHARAAN KESEHATAN KELUARGA
Kesehatan
tidak dapat terjadi dengan sendirinya, kesehatan dapat terjadi bila syarat-syarat
yang dikatakan seseorang sehat ada pada seseorang, maka untuk menunjang
kesehatan keluarga dikenal adanya system kesehatan keluarga. System kesehatan
keluarga berfokus pada lima aspek kehidupan keluarga yang menunjang kesehatan
kularga :
1. Proses interaksi
2. Proses perkembangan
3. Proses koping
4. Proses integritas
5. Proses kesehatan
1. Proses interaksi
2. Proses perkembangan
3. Proses koping
4. Proses integritas
5. Proses kesehatan
Tugas
dan factor-faktor yang mendorong peningkatan kesehatan saat ini:
1. Mengenal masalah
2. Mengambil keputusan
3. Melakukan perawatan dirumah
4. Memodofikasi lingkungan
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
1. Mengenal masalah
2. Mengambil keputusan
3. Melakukan perawatan dirumah
4. Memodofikasi lingkungan
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
F.
TUGAS
KELUARGA
Kemampuan
keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan memengaruhi
status kesehatan keluarga dan individu. Tugas-tugas keluarga dalam pamaliharaan
kesehatan menurut Friedman adalah:
1. Mengenal gangguan perkembangan
kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk tindakan
kesehatan yang tepat
3. Memberikan perawatan kepada anggota
keluarga yang sakit
4. Mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubunga timbal balik
antara anggota keluarga dan fasilitas kesehatan
G.
TINGKAT
KEMANDIRIAN
Tingkat kemandirian keluarga
(Depkes, 2006)
1. Keluarga mandiri tingkat I
a. Menerima petugas perawatan kesehatan
kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
2. Keluarga mandiri tingkat II
a. Menerima petugas perawatan
kesehatan. Kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang
dibrikan sesuai dengan rencana
Keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
d. Melakuka perawatan sederhana sesuai
dengan yang dianjurkan
3. Keluarga mandiri tingkat III
a. Menerima petugas perawatan kes. Kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai
dengan yang di anjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara
aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
4. Keluarga mandiri Tingkat IV
a. Menerima petugas perawatan kes.kom
b. Menerima pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai
dengan yang dianjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan secara aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
g. Melaksanakan tindakan promotif
secara aktif
Tagged as: Keperawatan, PAPER
GET UPDATES
Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email
BACA JUGA