LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FARINGITIS (PHARYNGITIS)

Posted by Ngurah Jaya Antara on 0

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FARINGITIS (PHARYNGITIS)





Oleh :
I GUSTI NGURAH PUTU JAYA ANTARA
P07120012075





KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN

2013





LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FARINGITIS (PHARYNGITIS)

A.   KONSEP PENYAKIT
1.      DEFINISI
Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa  tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis adalah penyakit tenggorokan, merupakan respon inflamasi terhadap patogen yang mengeluarkan toksin. Faringitis juga bisa merupakan gejala dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti penyakit flu.
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring kadang disebut juga sebagai radang tenggorokan.
Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.
Panjang  dinding posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.
2.      JENIS FARINGITIS
A.    Faringitis Akut
Yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” Faringitis Akut
Adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut (mendadak dan cepat memberat
B.     Faringitis Kronik
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau.
Ada 3 jenis faringitis :
1.      Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ).
2.      Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan        
                        waktunya berkerut ).
3.      Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring).
Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
a.       Faringitis Kronik Hiperplastik
Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang bereak. Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding  posterior tidak rata dan berglanular.


b.      Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan tenggorokan kering dan tebal seerta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

3.      ETIOLOGI
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononucleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faritingitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

4.      MANISFESTASI KLINIS
1.      Manifestasi klinis faringitis akut, yaitu :
a.       Membran mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan.
b.      Folikel limfoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat dan pembesaran.
c.       Nyeri tekan nodus limfa servikal.
d.      Demam
e.       Malaise
f.       Sakit tenggorok
g.      Serak dan batuk
h.      Sakit kepala
2.      Manifestasi klinis faringitis kronik yaitu :
Pasien dengan faringitis kronik mengeluh sensasi iritasi dan sesak pada tenggorok yang terus-menerus, lendir yang terkumpul dalam tenggorok dan dapat dikeluarkan dengan membatukkan, kesulitan menelan.

Untuk faringitis akut :
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab bakterial, pengobatan dapat mencakup pemberian Agens antimicrobial untuk streptokukus group A, penisilin merupakan obat pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin atau yang mempunyai organisme resisten terhadap eritromisin digunakan sefalosporin. Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari untuk menghilangkan streptokokus group A dari orofaring.
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada nafsu makan pasien dan tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Kadang tenggorok sakit sehingga cairan tidak dapat di minum dalam jumlah yang cukup dengan mulut. Pada kondisi yang parah, cairan diberikan secara intravena. Sebaliknya, pasien didorong untuk memperbanyak minum sedapat yang ia lakukan dengan minimal 2 sampai 3 liter sehari.

Untuk faringitis kronik :
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan memperbaiki setiap gangguan saluran napas atas, paru atau jantung yang mungkin mengakibatkan terhadap batuk kronik.
Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal / obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat (Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine). Jika terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin seperti Drixarol / Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara efektif dapat dikontrol dengan aspirin / asetaminofen.

5.      PENCEGAHAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis yaitu:
1.      Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, memiliki demam, flu
2.      Mencuci tangan secara teratur
3.      Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok
4.      Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering

Fungsi Faring Dalam Proses Bicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula M.Salpingofaring dan M.Palatofaring, kemudia M.Levator veli palatine bersam-sam M.Konstriktor faring superior.
Pada gerakan penutupan nasofaring M.Levator veli palatine menarik paltum mole ke atas belakang hampIr mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakann M.Palatofaring (bersama M.Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif M.Konstriktor faring superior.
Kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan. Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.

6.      PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.


7.      TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a.       Virus
Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala  ringan. Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk. Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis. Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih. Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan splenomegali. Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b.      Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati. Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus. Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.




8.      KLASIFIKASI BERDASARKAN AGEN PENYEBAB :

Faringitis Virus
Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan                         
Demam, biasanya tinggi.
Demam.
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
Jumlahseldarahputihmeningkatringansampaisedangn
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening
Tesapus tenggorokan memberikan hasil negative
Tesapus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

Manifestasi klinis akut:
a.       Nyeri Tenggorok
b.      Sulit Menelan, serak, batuk
c.       Demam
d.      Mual, malaise
e.       Kelenjar Limfa Leher Membengkak
f.       Tonsil kemerahan
g.      Membran faring tampak merah
h.      Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
i.        Nyeri tekan nodus limfe servikal
j.        Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
k.      Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
l.        Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
m.    Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
n.      Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.

Manifestasi klinis kronis:
a.       Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
b.      Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
c.       Kesulitan menelan.


9.      PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a.       Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b.      Penicillin; diberikan secara oral
c.       Eritromisin
d.      Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu:
1)      Amantadine
2)      Rimantadine
3)      Oseltamivir
4)      Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5)      Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV

Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen  dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya, yaitu:
a.       Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.
b.      Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
c.       Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d.      Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
e.       Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.


B.   KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.       Pengumpulan data baik subjektif maupun objektif tergantung pada lokasi adanya komplikasi pada alat-alat pernapasan bagian atas.
b.      Anamnesa
Adanya riwayat merokok, adanya riwayat streptococcus, dan yang penting ditanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri / lesi pada mulut (nyeri saat menelan).

PEMERIKSAAN FOKUS
Terkadang pasien dengan faringitis yang disertai dengan gejala flu yang lain seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Namun penyakit ini dengan mudah dapat dikenali dengan pemeriksaan tenggorokan pasien. Pada pemeriksaan ini ditemukan peradangan pada daerah faring dan tanda berupa kemerahan serta ditemukan pembesaran pada kelenjar limfe regional / disekitarnya, pada kasus yang berat bisa ditemukan nanah / eksudat. Pasien mengalami nyeri tenggorakan dan nyeri menelan. Hal ini disebutkan karena adanya peradangan pada faring. Dapat menentukan apakah ada keterbatasan gerak pada leher karena adanya pembesaran kelenjar getah bening di leher.


2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan utama pada faringitis :
a.       Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.
Intervensi :
- Kaji ulang tingkat nyeri
- Berikan penkes sederhana tentang penanganan nyeri.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
b.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesulitan menelan atau nyeri menelan
Intervensi :
- Kaji tingkat intake makanan klien
- Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan serat.
- Anjurkan klien makan makanan sedikit tapi sering.
- Anjurkan klien untuk makan makanan yang disediakan selagi hangat.
c.       Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
Intervensi :
- Kaji tingkat berkomunikasi klien
- Anjurkan klien untuk tidak mencoba bicara.
- Anjurkan klien untuk berkomunikasi lewat tulisan.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan
Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Share this to

Facebook Google+ Twitter Digg

GET UPDATES

Jangan sampai ketinggalan update terbaru. Subscribe dan dapatkan update langsung via email

Tentang Penulis

Ngurah Jaya Antara

BACA JUGA

Comments
0 Comments

0 comments:

TIPS KESEHATAN TERBARU

ARTIKEL KEPERAWATAN

TUTORIAL BLOGGER

VIEWER

MEMBER

© 2011-2014 Ngurah Jaya Antara. All rights reserved. Theme by Bloggertheme9
Blogger templates. Powered by Blogger.
back to top