LAPORAN
PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA
Oleh
:
I
GUSTI NGURAH PUTU JAYA ANTARA
P07120012075
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK
KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN
KEPERAWATAN
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA
1) KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi / Pengertian
·
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana
terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (
Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan).
·
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing ( Kapita Selekta Kedokteran edisi kedua).
·
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 edisi ketiga).
2. Penyebab / Etiologi
I. Mikroorganisme
GROUP
|
PENYEBAB
|
TIPE PNEUMONIA
|
Bakteri
Aktinomisetes
Fungi
Riketsia
Klamidia
Mikoplasma
Virus
Protozoa
|
a.
Streptokokus pneumonia
b.
Streptokokus piogenes
c.
Stafilokokus aureus
d.
Klebsiela pneumonia
e.
Eserikia koli
f.
Yersinia pestis
g.
“Legionnaires” bacillus
a.
A. Israeli
b.
Nokardia asteroides
a.
Kokidioides imitis
b.
Histoplasma kapsulatum
c.
Blastomises dermatitidis
d.
Aspergilus
e.
Fikomisetes
a.
Koksiela burnetti
a.
Klamidia
psittaci
a.
Mikoplasma pneumonia
a.
Influensa virus
b.
Respiratory Syncytial Adeno- virus
a.
Pneumocytis carinii
|
b.
Pneumonia bakterial
a.
Aktinomikosis pulmonal
b.
Nokardiosis pulmonal
a.
Kokidioidomikosis
b.
Histoplasmosis
c.
Blastomikosis
d.
Aspergilosis
e.
Mukormikosis
a.
Q Fever
a.
Psitakosis
b.
Ornitosis
a.
Pneumonia mikoplasma
a.
Pneumonia viral
a.
Pneumonia pneumositis (pneumonia plasma sel)
|
v Faktor
Risiko
o Merokok
o Polusi
udara
o ISPA
o Alkoholisme,trauma
kepala, kejang, overdosis obat, general anestesi
o Inhalasi
endotrakeal
o Imobilisasi
lama
o Imunospresif
terapi : kortikosteroid,kemoterapi
o AIDS,malnutrisi,dehidrasi
o Penyakit
kronik
o Aspirasi
oral / gastric materi
v Faktor
pencetus
Virus :
virus influenza.
Bakteri : Streptokokus pneumonia, Streptokokus
aureus, Hemofilus influenza, Stafilokokus, Pneumokokus.
Jamur : Pseudomonas, Candida albican.
Aspirasi : makanan atau benda asing.\
3. Epidemiologi / Insiden Kasus
Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih
banyak terjadi pada usia yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat
terinfeksi oleh pathogen yang berbeda, yang mempengaruhi dalam penetapan
diagnosa dan terapi.
Sekitar
80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran
nafas yang terjadi dimasyarakat (pneumonia komunitas / PK) atau didalam rumah
sakit ( pneumonia nosokomial/ PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi
saluran nafas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20 %.
Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%:
13% dan sebagian besar yaitu sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan
alat bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien
yang meninggal di ICU akibat PN.
4. Patofisiologi
Adanya
etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat
sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan
timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari
penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume cairan,
Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Bersihan jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif
dan intoleransi aktivitas.
5. Gejala klinis
Gejala klinis
tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun gejala
klinis dari pneumonia yaitu :
o
Dispnoe
o
Hemoptisis
o
Nyeri dada
o
Takipnea
o
Demam, menggigil
o
Malaise
o
Kepala pusing
o
Batuk produktif berupa sputum
o
Peningkatan suhu tubuh
o
Hipoksemia
6. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
·
Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) à
teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan
multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
·
Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) à
leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara
spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun.
Bilirubin biasanya meningkat.
·
Analisis gas darah dan Pulse oximetry à
menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
·
Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah à
untuk mengetahui oganisme penyebab
·
Pemeriksaan fungsi paru-paru à
volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan
udara menurun dan hipoksemia.
7.
Penatalaksanaan
Medis
o Terapi
antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan
manifestasi apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman
penyebabnya.
o Terapi
suportif umum
a.
Terapi O2 untuk mencapai PaO2
80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar pemeriksaan AGD
b.
Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
yang kental
c.
Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya
anjuran untuk batuk dan napas dalam
d.
Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi
lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
e.
Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f.
Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan
ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang
disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest
g.
Drainase empiema bila ada
2)
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
No
|
Data subyektif
|
Data obyektif
|
Kesimpulan
|
1
|
-
Nyeri dada
|
-
Tampak meringis
-
Px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi)
|
Nyeri (akut)
|
2
|
-
Batuk bercampur sputum
|
-
Batuk produktif berupa sputum
-
Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi
nyaring
|
Bersihan jalan napas tak efektif
|
3
|
-
Mual
-
Nafsu makan menurun
|
-
Muntah
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
4
|
-
Sulit bernafas
|
-
Tampak sesak
-
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
-
Px. Fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas
bronchial
|
Pola napas tak efektif
|
5
|
-
Muntah
|
-
Muntah – muntah
|
Risiko kekurangan volume cairan
|
6
|
-
Badan lemas
-
Sulit bernapas
|
-
Tampak lemah
-
Tampak sesak
-
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
|
Intoleran aktivitas
|
7
|
-
Badan panas
|
-
Tampak menggigil
-
Px. Tanda vital : suhu meningkat
|
Hipertermi
|
8
|
-
Sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas
dan batuk
|
-
Tampak lelah
|
Gangguan pola tidur
|
Dari data di atas rumusan masalah yang muncul, yaitu :
1.
Nyeri akut
2.
Bersihan jalan napas tak efektif
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4.
Pola napas tak efektif
5.
Risiko kekurangan volume cairan
6.
Intoleran aktivitas
7.
Hipertermi
8.
Gangguan pola tidur
1. Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital :
nadi meningkat (takikardi).
2)
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan
sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh
batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik :
perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
3)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah
ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah.
4)
Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit
bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat, px. fisik :
penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.
5)
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
6)
Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien
mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. tanda vital :
respirasi meningkat.
7)
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. tanda
vital : suhu meningkat.
8)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan
sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
3. Perencanaan Keperawatan
a.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1)
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan
sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh
batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik :
perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
2)
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital :
nadi meningkat (takikardi).
3)
Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit
bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun, px. Fisik :
penggunaan otot aksesori, suara pernafasan bronchial.
4)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah
ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah.
5)
Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien
mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. Tanda vital :
respirasi menurun.
6)
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. Tanda
vital : suhu meningkat.
7)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan
sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
8)
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
b.
Rencana Tindakan
1)
Dx I
Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan
bunyi napas bersih
Rencana tindakan :
a.
Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea,
pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
dan atau cairan paru.
b.
Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada
aliran udara dan bunyi napas krakels
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan, krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan cairan, secret.
c.
Berikan minum air hangat daripada air dingin
Rasional : cairan hangat
memobilisasi dan mengeluarkan secret.
d.
Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran
Rasional : membantu menurunkan
spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
2)
Dx 2
Kriteria tujuan
: nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a.
Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk,
konstan
Rasional :nyeri dada biasanya ada dalam beberapa
derajat dalam pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti
perikarditis dan endokarditis.
b.
Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD
menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri
c.
Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan
punggung
Rasional : tindakan non analgesikdiberikan dengan
sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgesic.
d.
Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.
3)
Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana
tindakan :
a.
Kaji frekuensi, kedalaman bernapas
Rasional : takipnea,
pernapasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
dan atau cairan paru.
b.
Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan
terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
c.
Pantau tanda vital
Rasional :abnormalitas tanda vital
terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
d.
Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
4)
Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :
a.
Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor
penyebab masalah.
b.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : bunyi usus mungkin
menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
c.
Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan
yang menarik untuk pasien
Rasional : tindakan ini dapat
meningkatkan nafsu makan meskipun lambat untuk kembali.
d.
Kolaborasi pemberian antiemetik
Rasional : diharapkan mampu mencegah muntah
5)
Dx 5
Kriteria tujuan : menunjukkan
peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Rencana tindakan :
a.
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
b.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut sesuai indikasi
Rasional : menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional :meminimalkan kelelahan dan
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6)
Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal
Rencana tindakan :
a.
Pantau suhu pasien
Rasional : suhu 38,9 oC-41,1 oC
menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b.
Beri kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
c.
Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus
7)
Dx 7
Kriteria tujuan :
Pola tidur pasien adekuat
Rencana tindakan :
a.
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang
terjadi
Rasional :mengkaji perlunya
dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
b.
Beri tempat tidur yang nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan psikologis
c.
Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional :
membantu menginduksi tidur
d.
Dorong posisi nyaman, Bantu dalam mengubah posisi
Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan
istirahat
8)
Dx 8
Kriteria tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat
Rencana tindakan
a.
Kaji perubahan tanda vital
Rasional : peningkatan suhu
meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi
b.
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
Rasional : indikator langsung kekuatan
volume cairan.
c.
Catat laporan mual muntah
Rasional : adanya gejala ini menunjukkan masukan oral.
d.
Kolaborasi pemberian antipiretik, antiemetik
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Suparman. (1990).
Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta